Di bawah Perjanjian Baru, saling mengasihi adalah suatu perintah, bukan sekedar nasehat atau saran. (Yoh 13:34)
Mengapa kita harus mengasihi? Karena Yesus pun telah mengasihi kita dengan jalan rela mati disalib untuk menjadi korban perdamaian sebagai pemersatu antara Allah dan manusia yang sebelumnya terpisah karena dosa-dosa manusia.
Mengapa ada Perjanjian Baru? Karena Perjanjian Baru diadakan oleh Allah berdasarkan janji-janji yang jauh lebih tinggi daripada Perjanjian Lama. Perjanjian Lama sebenarnya hanya merupakan bayangannya saja, sedangkan wujud yang aslinya adalah Perjanjian Baru. (Ibr 8:7-13; Ibr 10:7-10,14-17, Yeremia 31:33,34)
Orang-orang yang berada di bawah Perjanjian Lama adalah orang-orang yang lahiriah; mereka belum dilahirkan kembali (lahir baru) sebab Yesus belum datang dan menebus mereka.
Orang-orang perjanjian lama -> melayani Allah dengan perlindungan darah binatang, belum di dalam perlindungan darah Yesus yang ajaib; mereka harus berhadapan dengan peraturan dan tata cara di dunia; mereka belum dapat dipimpin oleh hati atau roh mereka, karena mereka belum dilahirkan secara rohani (lahir baru); dan di bawah perjanjian lama, bila seseorang melanggar salah satu hukum Taurat maka dianggap melanggar seluruh hukum itu.
Namun, di bawah Perjanjian Baru, kita dilahirkan kembali sebagai ciptaan baru ( II Kor 5:17 ). Karena roh kita telah diciptakan baru maka Allah dapat menulis hukum-Nya di dalam hati kita. Karena itu kita tidak lagi hidup di bawah hukum perjanjian lama beserta peraturan dan tata caranya yang bertujuan untuk mengendalikan kehendak manusia lahiriah / daging.
Melalui kelahiran baru, roh kita diperbaharui kembali, karena itu, kita dapat dipimpin oleh Allah melalui roh kita sebab di dalam roh yang demikianlah ada kasih Allah.( II Kor 5:17, Efesus 4:24 )
Orang yang sungguh-sungguh lahir baru tidak lagi memiliki keinginan untuk berbuat dosa, walaupun kadang-kadang tubuh atau pikiran kita masih bisa tersandung, tetapi keinginan di dalam hati kita untuk berbuat dosa sudah hilang.
Hal lain yang menarik tentang kasih Allah adalah bahwa kasih itu tinggal di dalam hati manusia, bukan di dalam pikiran atau tubuhnya; hal itu terjadi karena hati adalah satu-satunya bagian dari manusia yang mengalami ciptaan baru.
Karena itu kita masih mempunyai tugas yang sangat diharapkan oleh Allah, yakni memperbarui pikiran kita; mengapa? Karena pikiran adalah tempat manusia mendapatkan masalah; karena pikiran manusia merupakan “medan pertempuran” antara Allah dan iblis. Oleh karena itu kita harus memperbarui pikiran kita dengan firmanNya, sehingga pikiran kita dapat selaras dengan Roh Kudus yang ada di dalam hati kita; sebab penghalang utama dari iman yang berada di hati / roh manusia adalah pikiran manusia lahiriah. (Efesus 3:23,24)
Jadi, ketika Yesus menggenapi Perjanjian Lama, Ia pun sekaligus menetapkan Perjanjian Baru dengan meterai darah-Nya (Ibr 12:24); jadi orang yang hidupnya saling mengasihi karena kasih Allah, otomatis ia sudah memenuhi hukum Taurat.
Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.
Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.
Tidak ada komentar:
Write komentar