Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan mengaku tidak mampu berbuat banyak untuk merespons protes sejumlah ormas Islam soal patung Jayandaru yang dibangun di tengah alun-alun Sidoarjo. Sebab, patung tersebut belum diserahkan kepada Pemkab Sidoarjo.
Menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo, Bahrul Amig, pembuatan dan pembangunan patung tersebut belum selesai 100 persen dan masih dalam proses penyempurnaan.
"Kami memang sudah berkomunikasi dengan PT Sekar Laut terkait pembangunan patung tersebut, tetapi sampai sekarang masih proses pembangunan dan belum diserahkan secara resmi kepada kami," kata dia, Senin (23/2/2015).
Bahrul mengaku hanya berkepentingan agar suasana di Kabupaten Sidoarjo tetap kondusif menyusul protes keras yang dilakukan ormas Islam tersebut. "Kami tidak memiliki kepentingan apa-apa, yang penting suasana tetap kondusif, dan semua pihak bisa dewasa menanggapi persoalan ini," kata dia.
Informasi yang didapatkannya terakhir, Bupati Sidoarjo sudah membuka fasilitas pertemuan antara pihak ormas dan perusahaan pemberi CSR, PT Sekar Laut selaku pembangun monumen patung Jayandaru.
"Pihak perusahaan sudah mulai membongkar monumen patung dan menggantinya dengan desain yang baru," ujar dia.
Protes ormas Islam Sidoarjo menyusul desain monumen yang dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Monumen yang dibangun dengan dana CSR perusahaan pengolah hasil laut, PT Sekar Laut, itu menggambarkan kehidupan masyarakat Sidoarjo sebagai petani dan nelayan.
Ada sembilan patung manusia nelayan dan petani dengan bentuk manusia sempurna. Karena bentuk patung menyerupai manusia, ormas Islam menganggapnya sebagai berhala dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sementara itu, Kabupaten Sidoarjo dikenal sebagai kota santri yang religius, dengan banyaknya pesantren.
Menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo, Bahrul Amig, pembuatan dan pembangunan patung tersebut belum selesai 100 persen dan masih dalam proses penyempurnaan.
"Kami memang sudah berkomunikasi dengan PT Sekar Laut terkait pembangunan patung tersebut, tetapi sampai sekarang masih proses pembangunan dan belum diserahkan secara resmi kepada kami," kata dia, Senin (23/2/2015).
Bahrul mengaku hanya berkepentingan agar suasana di Kabupaten Sidoarjo tetap kondusif menyusul protes keras yang dilakukan ormas Islam tersebut. "Kami tidak memiliki kepentingan apa-apa, yang penting suasana tetap kondusif, dan semua pihak bisa dewasa menanggapi persoalan ini," kata dia.
Informasi yang didapatkannya terakhir, Bupati Sidoarjo sudah membuka fasilitas pertemuan antara pihak ormas dan perusahaan pemberi CSR, PT Sekar Laut selaku pembangun monumen patung Jayandaru.
"Pihak perusahaan sudah mulai membongkar monumen patung dan menggantinya dengan desain yang baru," ujar dia.
Protes ormas Islam Sidoarjo menyusul desain monumen yang dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Monumen yang dibangun dengan dana CSR perusahaan pengolah hasil laut, PT Sekar Laut, itu menggambarkan kehidupan masyarakat Sidoarjo sebagai petani dan nelayan.
Ada sembilan patung manusia nelayan dan petani dengan bentuk manusia sempurna. Karena bentuk patung menyerupai manusia, ormas Islam menganggapnya sebagai berhala dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sementara itu, Kabupaten Sidoarjo dikenal sebagai kota santri yang religius, dengan banyaknya pesantren.
Tidak ada komentar:
Write komentar