ENGLISH       INDONESIA

Senin, 10 November 2008

Dutiful Alarm

 



I had a wonderful weekend. I went to a retreat for women to break their soul and spirit ties. We went to a Catholic Center for a day and a half. The center was incredible. But, the greatest things about it was a room that was build, just for one reason. To find God.


This room had a restriction. No talking. I went to check it out and as soon as I opened the door, I experienced God. Some of the women found the experience so strong that they had trouble standing under the power. I decided that I would come back to the room when no one else was around.


I woke in the morning talking to God. I was discussing with Him the fact that I always have words for others and would like a word for myself this morning. I had been struggling with the usual doubt's about my own walk and needed encouragement. So, I set off for the quiet room.


It was six in the morning and yet there was a women, already, in the room. I found my way to a seat and waited on the Lord to speak to me. The silence was awesome, but I needed a word. I tried to empty my mind, but kept telling God.."I'm here".


Finally, I heard a word. "Dutiful". I was a bit surprised. "Is that a word?" I asked. I kept pondering on this when I heard another word. "Alarm". Ok. I thought. I am a dutiful alarm. What those that mean, I wondered.


Excited that I had heard from God for myself. I left the quiet room after praising God. I found some of the women up. I asked a teacher..."Is there such a word as dutiful". She said it was an old word, but, yes it is a word. I started looking for a dictionary. Finally, one was found.


Dutiful a derivative of Duty.


Duty- an action or task required by a person's position.


Dutiful- performing the duties expected or required of one


So, I am one who does what is required. Then I looked up Alarm.


Alarm- any sound, outcry, or information intended to warn of approaching danger.


There it is. I am a person of God, whom sounds the alarm of danger because it is required of me, by my God.


I was so excited. God had met me and blessed me. I am a dutiful alarm. It was a beautiful and fulfilling weekend. Praise be to the Living God.

Minggu, 09 November 2008

"Buta" karena Harta - "Melihat" karena Kasih Tuhan (Amat Paulus Tantoso)

Penghasilan yang diterimanya setiap bulan bisa mencapai miliaran rupiah, demikianlah sukses Amat Paulus Tantoso, pengusaha money changer dan toko emas asal Batam ini. Mengalami masa keemasannya pada tahun 2001, membuatnya meraih penghargaan Pengusaha Muda Terbaik.

"Waktu itu saya sudah mulai sombong, saya pikir saya hebat sekali," Ungkap Tantoso.

Memiliki dua toko emas dan 17 cabang money changer dengan penghasilan besar, tidak lantas membuat Tantoso merasa puas.

"Saya lihat teman-teman saya yang memiliki usaha sembako, kok bisa jadi hebat dan usahanya besar. Hal itu membuat saya timbul niat jahat, saya ingin memonopoli seluruh distribusi gula pasir di seluruh kepulauan Riau. Untuk itu siapa saja yang berusaha menghalang-halangi usaha saya, maka saya tidak segan-segan untuk menghancurkannya."

Kehebatan Kesuksesan yang didapat Tantoso ternyata hanyalah topeng. Dibalik semua kesuksesannya tersebut ada sebuah sisi gelap yang disembunyikan Tantoso.

"Dulu dari seluruh usaha saya, setiap bulan mendapatkan penghasilan satu miliar lebih. Namun kadangkala pengeluaran saya lebih besar dari penghasilan, karena saya selalu mengajak teman-teman saya untuk pesta narkoba, main perempuan dan pergi ke tempat hiburan malam. Satu malam saya bisa habis 40 hingga 50 juta."

Tidak hanya itu, hubungannya dengan istri sudah tidak harmonis lagi. Dihadapan orang-orang, pasangan ini terlihat sangat harmonis, namun Suti, istrinya seringkali dipukuli dan dianiaya olehnya. Tangisan dan rintihan istrinya tak pernah digubriskan. Rasa putus asa Suti membuatnya mengambil jalan pintas dengan mencoba bunuh diri.

Suatu saat Suti mendapatkan imformasi dari seorang teman dekat Tantoso bahwa suaminya berselingkuh. Suti tidak dapat mempercayai hal itu. Suti semakin sedih, kalut dan sakit hati sehingga dia meminta di ceraikan oleh Tantoso.

Diancam cerai oleh istrinya tidak mengubah tabiat Tantoso sama sekali, bahkan hal itu semakin membuat Tantoso membenci istrinya. Ketika kemarahannya memuncak, Tantoso sanggup melakukan hal yang sangat mengerikan.

"Saya pikir istri minta cerai tidak apa-apa. Saya punya uang, dengan itu saya bisa dapat istri lagi kok."

Hari itu Tantoso pulang dalam keadaan mabuk dan ditegur oleh istrinya. Hal tersebut membuat Tantoso naik pitam. Tantoso mengambil samurai hendak membunuh istri dan kedua anaknya. Namun saat samurai itu sudah terhunus, kilasan wajah anak keduanya membuatnya berhenti dan mengurungkan niatnya.

Anak kedua Tantoso dan Suti telah meninggal dunia sewaktu masih kecil. Demikian Tantoso menuturkan kisah kematian anaknya, "Pada hari kejadian, saya dan istri akan pergi ke rumah mertua saya. Karenanya anak kami itu kami tinggalkan di jaga oleh pembantu saya saat itu. Pada malam itu, ada acara joget di kampung kami, dan pembantu kami meninggalkan anak kami tersebut dirumah sendirian. Anak kami tersebut menangis hingga mati lemas."

Akibat kematian anak keduanya, Suti hampir saja gila. Itulah yang membuat Tantoso dan istirinya pindah ke Batam, supaya bisa melupakan kejadian yang memilukan itu.

Mengingat rasa kehilangan yang sangat besar akan anaknya yang kedua membuat Tantoso menyarungkan kembali samurai yang telah dihunusnya.

Sekalipun rumah tangganya diambang kehancuran, Tantoso tetap berjaya dalam usaha kotornya, sampai hukum menjeratnya.

"Pertama kali saya didakwa tentang penyeludupan uang atau money laundry, namun hal tersebut tidak terbukti. Dan selanjutnya didakwa lagi dengan korupsi uang perusahaan, saya menolak dakwaan tersebut dan saya buktikan bahwa perusahaan tersebut adalah milik saya sendiri. Pada akhirnya saya didakwa dengan kasus penggelapan pajak."

Perkiraan Tantoso hukumannya hanya satu tahun saja, karena kasusnya adalah kasus perdata. Namun perkiraan tersebut salah, Tantoso dituntut hukuman 4 tahun 6 bulan penjara dan denda belasan miliar rupiah. Merasa di khianati oleh rekan bisnisnya, hati Tantoso menjadi terbakar kebencian. Rasa sakit hatinya membuat Tantoso berniat melakukan sesuatu yang nekat.

"Saya merasa dendam sekali kepada orang-orang yang memasukkan saya ke penjara. Dalam pikiran saya, saya ingin menghancurkan mereka. Bahkan saya sempat mengorder orang untuk membunuh orang-orang itu."

Tetapi ancaman hukuman yang lebih berat lagi membuat Tantoso mengurungkan niatnya itu. Dipenjara itulah Tantoso merasakan kesengsaraan yang amat sangat, dia tidak bisa menerima keadaanya itu. Namun kesengsaraan itu tidak dialaminya sendiri, namun juga harus ditanggung oleh istri dan anak-anaknya. Satu per satu hartanya disita, dan dalam sekejab hutang perusahaan semakin membengkak.

"Anak-anak saya sangat drop sekali. Anak-anak malu ke sekolah, karena banyak orang menanyai mereka: bapak kamu yang dulu hebat, kenapa sekarang dipenjara?- "

Melihat penderitaan suami dan anak-anaknya, Suti berusaha dengan berbagai cara untuk mengeluarkan Tantoso dari penjara. Namun semua upayanya untuk melepaskan suaminya dari penderitaan sia-sia belaka. Nama dan reputasi Tantoso dalam sekejab hancur.

Tantoso merasa tertekan dan stress, hal itu membuatnya mengambil keputusan untuk mengakhiri semua penderitaan dengan cara bunuh diri.

"Saya masih ingat, hari itu hari Sabtu. Saya merasa stress dan tidak berharga lagi. Hidup ini seperti sampah yang sangat kotor, dan dibuang orang. Karenanya hari itu saya berniat untuk bunuh diri."

Pada saat Tantoso sedang memikirkan rencananya untuk bunuh diri, tiba-tiba seorang teman napi mengajaknya ke aula dimana sedang ada sebuah pertemuan.

"Waktu itu, saya pikir oke-oke saja. Karena disana ada nyanyi-nyanyian. Jadi saya ikut saja."

Dengan maksud mencari hiburan, Tantoso masuk ke dalam ruangan pertemuan itu. Disana dia mendengarkan seorang nenek yang sedang menceritakan tentang dirinya. Disitulah awal keajaiban terjadi dalam hidup Tantoso.

"Oma Magie hari itu bersaksi, beliau setiap hari membaca koran tentang kasus saya, dan beliau bersama suaminya selalu berdoa bagi saya setiap hari. Waktu itu saya berpikir, Tuhan Yesus memang baik. Hidup saya yang dipandang orang sudah tidak berguna, tapi Tuhan Yesus begitu baik, masih ada orang yang menyayangi saya. Dengan oma itu, saya tidak memiliki hubungan apa-apa. Saya bahkan tidak kenal dengan beliau, tapi mengapa dia mau mengasihi saya? Sebelumnya saya berharap kepada teman-teman pengusaha dan keluarga, namun mereka semua menjauhi saya. Tapi orang Kristen ini mengapa begitu mengasihi saya? Hal itulah yang membuat saya ingin tahu, apa itu Kristus." Hari itu Tantoso mengijinkan nenek Magie untuk mendoakannya.

Dalam kesendiriannya, Tantoso mulai datang pada Tuhan dan berdoa memohon ampunan dari-Nya.

"Saya pikir, saya ini orang yang sangat jahat dimata Tuhan. Saya merasa seperti sampah yang sangat kotor. Saya minta Tuhan Yesus ampuni dosa-dosa saya. Saya juga berdoa, kalau Engkau Tuhan yang dasyat maka Engkau akan menyelamatkan aku."

Diluar dugaan, saat vonis dijatuhkan, Tantoso hanya dikenakan hukuman dua tahun penjara.

"Pada saat saya di persidangan, saya tidak lagi menyembah yang lain-lain lagi. Saya hanya menyembah kepada Tuhan Yesus. Hati saya sangat bersukacita, karena Tuhan Yesus sudah menyelamatkan saya. Ternyata Tuhan sangat baik. Saya menjalani hukuman dengan senang, karena didalam firman Tuhan mengatakan, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Korintus 10:13). Disitulah saya pikir, hal itu benar juga. Dibandingkan orang lain, pencobaan yangs alami masih kecil"

Selama menjalani hukumannya, Tantoso menjalaninya dengan penuh sukacita dan pengharapan kepada Tuhan. Iapun mendapatkan remisi, sehingga pada tanggal 29 September 2005, Tantoso sudah bisa menghirup udara bebas.

"Saya bersyukur karena saya sudah bertobat. Sekiranya saya tidak diselamatkan oleh Tuhan Yesus, maut yang akan mengejar saya. Dan jika saya tidak masuk ke penjara, saya tidak akan mau bertobat."

Berlahan-lahan Tantoso dan Suti mulai membenahi keluarganya dan juga melunasi hutang-hutang perusahaannya. Dan kini keadaan usahanya sudah kembali membaik.
"Saya bangga dengan Tuhan Yesus yang memberi saya kelegaan pada waktu saya putus asa dan merasa tidak berguna lagi. Tuhan Yesus datang memberikan keselamatan tepat pada waktunya. Saya sangat bersyukur, setelah saya bertobat saya baru merasakan hidup ini banyak keindahan. Semua itu karena Tuhan Yesus selalu menyertai kami."

Ateis Masuk Kristen (C.S. Lewis)

Selama bertahun-tahun, C.S Lewis penulis karya Narnia, merupakan seorang ateis yang sangat sulit untuk diyakinkan tentang keberadaan Tuhan. Dibutuhkan pergumulan intelektual yang panjang sebelum Lewis akhirnya menerima keberadaan Tuhan. Lewis seringkali membombardir teman-temannya di Oxford, tempatnya belajar dan tempat dimana akhirnya ia mengajar, dengan pertanyaan-pertanyaan tentang Tuhan yang baginya memang tidak ada jawabannya.

Deliverance from New Age Spirit Channeling (Janice Beakstead)

I was raised in Salt Lake City in a Mormon home. During my High School years I started to question TRUTH in general and rebelled against my parents by denying that the Mormons were the only group with truth. Shortly after graduating from High School I met a man who was very interesting. He seemed to really have it together and I ended up thinking he was and had the truth about life, why we are hear and all the important reasons for living. He introduced me to a few books that were spiritually written (I think the term they use is automatic handwriting) by a spirit named Seth. I can no longer remember the name of the author. The main teaching in these books were that "You create your own reality" and are in complete control of everything. The books also did a good job of taking away the significance of the Bible and what Jesus accomplished for us on the cross.

A few years after reading and trying to live my life like Seth suggested my sister in law invited me to a meeting where a woman was spirit channeling. This group of people were disciples of "The Urantia Book". This was about 1990. I purchased a copy of that book and began attending these meetings weekly on a regular basis. We all thought that we were so special to be part of this. The main spirit that was channeled was named Ham and he would speak through this woman for about an hour and than open the floor for questions and answers. It was quite an experience and the spirit was so full of love and good teachings that we were truly convinced that this was all part of God's plan. That these spirits were sent to us by God to start this group and to see it grow to a world wide movement. We each had a spiritual helper assigned to us. We were encouraged through meditation to communicate to our helper (I always referred to it as my 'thought adjuster'. I look back on it I was I never able to actually channel a spirit but I did feel it's influence on my life. I would sometimes have very vivid dreams about things and I think it would communicate to me that way.

Anyway, to make a long story shorter in August of 1992 a very dear friend of mine who was channeling spirits in the state of Washington had tested the spirits she was directly dealing with. A friend of hers had recently become a "born again" Christian and she had told my friend that she needed to test these spirits to find out if they were really sent by God. We had never experienced any evil coming from these spirits and because the lessons and teachings were all about being a better person in the world we just simply knew that they must be from God. I went to a retreat for the weekend and I had a spiritual experience that had completely convinced me that we were doing exactly what God wanted us to do. My friend called me after I returned and I told her that there is really no reason to test these spirits because they are so loving and kind. She wasn't so convinced probably because she was more intimately connected to them. She prayed to Father God and asked him to reveal the truth about them to her and God honored that request. The spirits were forced to leave her and God convinced her of who they really were from. She called me to tell me about her experience and convinced me to pray and ask God to reveal the truth about them to me. God honored that and I had a dream that night about the most hideous ugly beings you can possible imagine. I woke up knowing without a doubt that we were being deceived.

It is very interesting to look back on this event. I can truly see God working in my life even before I became his child. I was able to feel an evil presence around me to such a degree that I never again want to experience. I had to constantly rebuke them and force them to leave me alone. Only by the power of Jesus was I able to accomplish this. I was down on my face begging for God to make them leave and asking Him to forgive me in believing that they were from Him. The spiritual attack's lasted for several months and decreased in intensity as time went by. I was in constant prayer and God truly protected me through out this whole ordeal.

Shortly after discovering the demons that had moved into my life I read a book by Hal Lindsay called "Satan is alive and well on planet earth". This book changed my life. At the end of the book Mr.. Lindsay explains how to become "born again". I asked God to please reveal to me TRUTH. Do I go back to the Mormon Church or what? I asked Jesus to forgive me of my sins and to please be in my life. God showed me that the only thing I need to know about truth is his Word the Bible. I began reading from it and for the first time in my life it made sense and came alive for me.

I am truly a new creation in Christ and have for nearly ten years seen God work in my life. It will always amaze me that I was so deceived. I wasn't connected with the "Occult" or part of a Satan worshiping group but the result was the same. I was putting my faith and belief in the Father of Lies and headed straight to Hell. Praise God for saving me.

Janice Beakstead

E-mail Janice: janice-beckstead@leavitt.com

Jumat, 07 November 2008

TESTIMONY OF AN EX-MUSLIM LAWYER - STORY OF 25 YEARS LONG PERSECUTION IN PAKISTAN (Martyr)

INTRODUCTION: My name is G. Ahmed Rana (LL.M) 39 year old. I am a lawyer from Pakistan. I belong to an extremist Muslim clan of Islamic Republic of Pakistan. I completed study course of Holy Bible when I was 15 year old. Due to my pro-Christian faith I have been suffered 25 year long persecution in a Muslim country Pakistan.