Hernina lahir dari keluarga muslim, anak ke-3 dari 5 bersaudara. Umur 5 tahun mamanya meninggal, dan dia langsung dititipkan ke neneknya, yaitu orang tua dari papanya. Papanya sendiri merantau ke Surabaya. Hernina tinggal di Kalimantan Timur dengan neneknya.
Kelas 1 SD Hernina ikut anak dari neneknya. Kelas 2 SMEA, Hernina kembali ke Balikpapan. Kakaknya membiayai sekolahnya sampai kelas 3 SMEA. Waktu itu ia mengambil jurusan Tata Buku. Begitu tamat Hernina bekerja di suatu perusahaan sebagai accounting.
Awal Perjumpaan
Tahun 1982 Hernina pindah bekerja di sebuah perusaan kontraktor yang terkenal. Posisinya sebagai sekretaris. Disinilah awal pertemuannya dengan ‘Bapak’.
“Dia sebagai kepala cabang dari Jakarta. Saya ada di perusahaan itu sebagai sekretaris. Saya tahu dia sudah punya istri tapi bagi saya tidak menjadi halangan untuk meneruskan hubungan saya dengan dia. Satu saat saya diajak ke tempat tinggalnya, dia mulai nyetel film porno. Mula-mula saya malu ngeliatnya, tapi akhirnya saya melihat juga. Kami sama-sama melihat, kami menikmati, tidak ada rasa takut atau apapun juga.”
Alasan Hernina Menjalin Hubungan Dengan ‘Bapak’
“Diperusahaan itu memang saya satu-satunya perempuan yang bekerja di sana. Mulanya saya biasa saja, tapi entah mengapa saya mulai mendapat perhatiannya, dan saya jadi senang karena saya melihat figure bapak dalam dirinya, mungkin selama ini karena saya tidak mendapatkan figure bapak. Waktu itu umur kita beda jauh, dia umur 42 sedangkan saya umur 19 tahun. Saat dia mengajak saya makan dan kalau janjian bertemu dengan saya selalu tepat waktu dan selalu ditepati, mungkin karena dulu saya biasa berjanji dengan teman pria yang lebih muda selalu saja mereka ingkar janji, disitulah mungkin kelebihan figure ‘bapak’ di mata saya, jadi di samping sebagai teman dan kekasih, dia juga seperti orang tua yang ngemong.”
Tahun 1984 Hernina menikah dan sejak saat itu hidupnya dipenuhi dengan kemewahan. Namun masalah sudah menanti ketika Hernina pindah ke Jakarta. Awalnya istri pertama ‘bapak’ pasrah saja. Tapi dalam suatu kesempatan, istri pertama ‘bapak’ melabraknya. Sampai akhirnya dibuat kesepakatan antara ‘Bapak’, istri pertamanya dan Hernina. Tapi Hernina merasa dirinya selalu berada di pihak yang mendapat perlakuan tidak adil.
Kejadian itu cepat terlupakan oleh Hernina. Tahun berlalu, karena kesal dengan ‘Bapak’ kehidupan malam mulai meracuni Hernina. Pesta pora, narkoba dan perselingkuhan pun menjadi kebiasaan Hernina.
“Karena saya kesepian dan banyak waktu kosong, kesempatan itu ada, juga uang mendukung, ada kendaraan”.
Perselingkuhan Hernina diketahui suaminya. Pertengkaran pun terjadi.
“Yang tadinya saya menganggap dia seorang suami yang selama ini saya idam-idamkan, tapi pada saat itu semuanya hilang. Berganti dengan kebencian, kemarahan dan kesakitan. Karena pada waktu itu paha saya sampai biru-biru.”
Hernina memutuskan untuk melupakan kejadian itu dengan bersenang-senang memakai narkoba. Kehidupan malam meracuninya selama bertahun-tahun. Suatu malam saat Hernina menikmati narkoba bersama teman-temannya, sesuatu yang ia takuti terjadi. Tempatnya berpesta narkoba digerebek polisi.
“Saya dalam hati begini, ‘Waduh, bagaimana saya kalau di penjara?’ Saya tidak ada barang bukti sehingga saya dilepas. Saya merenung, saya ingat sekali Tuhan berkata pada saya, ‘Stop! Stop!’. Itulah terakhir saya memakai shabu-shabu, juga narkoba dan yang lainnya.”
Hari itu Hernina mengambil keputusan untuk meninggalkan hidupnya yang lama. Iapun menemui seorang hamba Tuhan. Saat hamba Tuhan itu berdoa, ia teringat dengan sebuah Firman yang pernah ia dengar di sebuah pertemuan ibadah.
“Di situ dikatakan Tuhan Yesus itu adalah Allah yang penuh kasih. Dia datang ke dunia ini mencari orang yang berdosa. Saya merasa saya melakukan perzinahan. Akhirnya saya menerima Tuhan Yesus dan saya juga harus mengambil keputusan walaupun berat. Saya bilang, ‘Pa, mulai sekarang kita tidak boleh lagi melakukan hubungan suami istri’.”
Tekad Hernina sudah bulat. Iapun meninggalkan semua kekayaannya. Namun tuntutan ekonomi menekannya. Dalam kebingungannya membayar biaya sekolah anaknya, Hernina meminta pertolongan pada ‘bapak’. Tapi permintaan itu hanya akan dipenuhi jika ia mau melayani ‘bapak’. Ternyata itu hanya janji belaka.
“Saya menangis. Saya malu sekali sama Tuhan. Saya anggap itu perzinahan saya yang terakhir.”
Hernina tidak mau berlama-lama jatuh dalam dosa. Dengan dukungan seorang hamba Tuhan, Hernina kembali bangkit.
“Saya akui semuanya. Terus saya minta ampun sama Tuhan. Kehidupan yang pernah saya alami, baik sebagai istri muda, baik sebagai pemakai narkoba, semua itu sia-sia.”
Kini Hernina dan kedua anaknya hidup dalam iman dan pengharapan kepada Yesus Kristus.
“Saya bersyukur, setiap bulan saya bisa bayar kontrakan rumah. Setiap bulan saya bisa bayar uang sekolah anak saya. Setiap hari saya bisa kasih makan anak-anak. S’bab Tuhan tidak pernah membiarkan kita. Bandingkan dengan kehidupan saya yang lama. Saya sangat-sangat bahagia hidup bersama Tuhan. Yesus cukup. Itu yang membuat saya bersyukur.”
Jika kita mau mengalami perubahan, maka harus dimulai dari hati. Dosa selalu mengakibatkan masalah yang lebih besar. Bisa saja dengan alasan kesepian, dan yang lain, tapi bila kita melakukan dosa, akibatnya itu makin parah. Kalau kita ingin mengalami perubahan, maka tidak ada cara lain, kita harus berubah dan dimulai dari hati kita. Bertobat, meninggalkan yang salah, dan mulai melakukan yang benar. |
Tidak ada komentar:
Write komentar