ENGLISH       INDONESIA

Minggu, 04 Mei 2008

Thank You

 

My heart has been overwhelmed by the amount of compassion from all my on-line friends. You have all been wonderful through this trying time. Thank you.

For those of you who have privately emailed me, I will respond soon. There has been so much for me to do that I have had very little time to get everything done. Those emails have meant a lot to me and I will get back to you.
The love that has been poured out on myself and my family has taken me by surprise. There are no words to express my feelings except "thank you".

Martir - IGNATIUS (Murid Rasul Yohanes)

Nama keluarga Ignatius adalah Theophorus, pembawa berita Allah, karena ia sering memberitakan nama Tuhan dan juruselamat di bibir dan kehidupannya. Ignatius percaya bahwa kehidupan manusia merupakan kematian yang berkelanjutan, Kristus yang disalibkan adalah satu-satunya dan seluruh cintaku.

Meskipun Ignatius menanggung kesengsaraan hebat, ia mendapatkan penghiburan dalam kebenaran Injil, "karena dunia membenci umat Kristen, maka Allah mencintai mereka."

Setelah mengetahui bahwa kekaisaran Trajan menaikkan syukur pada dewa-dewa di Anthiokia, dan mempersembahkan pengorbanan besar bagi mereka, Ignatius mencela mereka terang-terangan dalam bait suci.

Kaisar dengan sangat marah, mengirimnya ke Roma, untuk dihukum.
Selama perjalanan, ia memikirkan gigi binatang buas yang merobek-robek dirinya, namun bukan sebagai hal yang menakutkan, tetapi sebagai keinginan dirinya. Ia menulis pada jemaat di Roma, aku siap menghadapi binatang buas, yang siap melahapku sekarang!

Sekarang aku menjadi murid Kristus. Aku tidak memandang segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang membuat kagum dunia ini. Cukuplah bagiku jika aku ikut ambil bagian dalam Kristus.

Biarlah iblis dan orang-orang jahat menyakitiku dengan segala macam sakit dan penyiksaan dengan api, dengan salib, dengan bertarung melawan binatang buas, dengan tercerai berainya anggota tubuhku aku tidak terlalu menghargai semuanya itu karena aku menikmati Kristus.

Saat Ignatius dibawa dari Senat Roma menuju lobang singa, ia berulang kali mengulangi nama Yesus ketika berbicara dengan umat percaya. Ketika ditanya mengapa ia melakukan hal tersebut, ia menjawab Yesus yang kukasihi juru selamatku tertulis sangat dalam di hatiku sehingga aku merasa yakin jika hatiku dibelah dan dipotong-potong, maka nama Yesus akan ditemukan tertulis dalam setiap potongan tersebut.

Banyak orang berkumpul untuk menyaksikan kematian Ignatius. Ia dibawa ke tengah-tengah amphitheater. Dengan hati yang berani Ignatius menyampaikan sesuatu kepada mereka, "Aku adalah benih dari Tuhan. Aku digertak oleh gigi-gigi binatang buas supaya aku menjadi roti Kristus yang murni yang bagiku merupakan roti kehidupan." Segera setelah ia mengatakan hal tersebut, 2 singa lapar dibebaskan dari kandangnya dan merobek dan melahapnya meninggalkan sedikit sisa bahkan hanya sedikit tulangnya yang tersisa.

Demikianlah martir Yesus Kristus yang setia ini tertidur dan bergembira dalam Tuhan. Seperti Ignatius, banyak umat Kristen hari ini di negara terlarang di seluruh dunia menghadapi binatang buas setiap hari.

Bagi mereka binatang buas itu seperti orang-orangan sawah yang menyembunyikan bel makan malam untuk panen jiwa yang sudah matang. Seperti Ignatius, orang2 percaya ini melihat kehidupan mereka sebagai kematian yang berkelanjutan yang memberikan penghiburan dan harapan dalam kenyataan bahwa karena dunia membenci umat Kristen, maka Allah mencintai mereka.

Dunia kita semakin tidak aman bagi umat Kristen dan bagi gereja bahkan dalam negara bebas sekalipun. Mari kita membawa salib seperti Ignatius dan keluarga kita yang teraniaya di seluruh dunia dan berjalan melatih orang-orangan sawah dunia ini dan masuk dalam ladang penuaian hasil panen yang sudah matang.

Marilah kita seperti Ignatius berkata dengan yakin, bahwa jika hati kita dibelah dan dipotong-potong, maka nama Yesus akan ditemukan dalam potongan tersebut.

Martir dari Roma (Sebastian - sekitar tahun 284-305 Masehi)

Pada zaman setelah para rasul hidup, diantara sekian banyak orang yang harus kehilangan nyawa semasa masa penganiayaan berdarah, terdapat seorang bernama Sebastian.

Ia adalah orang kudus yang lahir di Narbonne, Gaul.
Di Milan, ia diajar hidup menurut prinsip-prinsip kekristenan dan kemudian menjadi
kepala pengawal kaisar di Roma.

Ia tetap menjadi orang Kristen yang benar meskipun sekelilingnya penuh dengan penyembah berhala. Ia tak tergoda oleh kemewahan istana, juga tak ternoda contoh-contoh jahat.

Ia dihormati di kalangan petinggi negara, dicintai oleh orang-orang yang sederajat dengannya, dan disanjung oleh bawahannya.

Hidup penuh dengan kebahagiaan. Ia terus menjaga iman dan tempatnya, hingga suatu saat, penganiayaan mendepak hidupnya.

Ia difitnah memberontak dan mengkhianati Fabian, pengawal pribadi kaisar, oleh seorang bernama Torquatus. Ternyata, Torquatus adalah orang yang berpura-pura menjadi Kristen.

Karena jabatannya yang tinggi, Sebastian tidak mungkin langsung dihukum mati tanpa perintah langsung dari Kaisar di Dioclecian.

Mendengar tuduhan ini, kaisar memanggil Sebastian dan menuduhnya tidak tahu berterima kasih karena mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepadanya dan juga menjadi musuh dewa-dewa kerajaan serta musuh dirinya sendiri.

Menjawab tuduhan ini, Sebastian berkata bahwa agama yang dianutnya bukanlah agama yang cenderung merusak, bukan pula agama yang membuat dirinya melawan kesejahteraan kerajaan atau kaisar.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa bukti terbesar yang dapat diberikan atas kesetiaannya adalah kenyataan bahwa ia berdoa kepada satu-satunya Allah yang Besar supaya kaisar selalu sehat dan sejahtera.

Mendengar perkataan Sebastian, kaisar marah dan memerintahkan membawa Sebastian ke sebuah lapangan dekat kota yang bernama Campus Martius.

Disana, ia dihukum mati dengan dihunjam panah. Beberapa orang Kristen ada ditempat itu. Mereka bermaksud memberikan penguburan yang layak atas mayat Sebastian. Tetapi saat mereka melihat masih ada tanda-tanda kehidupan, mereka memindahkannya ke tempat yang aman dan merawatnya disana. Memang ia masih hidup, tetapi sebenarnya ia segera akan berhadapan dengan kematian yang untuk kedua kalinya.

Begitu ia mulai bisa berjalan, ia sengaja pergi dan berdiri di jalan menuju kuil yang sedang dilalui kaisar. Kehadiran seorang yang seharusnya yang telah mati sangat mengejutkan kaisar. Lebih-lebih lagi ketika Sebastian mulai berbicara. Dengan penuh kesederhanaan ia menegur kaisar atas kekejaman dan prasangkanya terhadap kekristenan. Ketika kaisar Dioklesia sadar dari keterkejutannya, ia memerintahkan untuk menangkap Sebastian dan membawanya ke sebuah tempat dekat istana untuk dipukuli sampai mati.

Orang-orang kristen tidak boleh mencoba untuk mengobatinya bahkan mengubur mayatnya. Kaisar bahkan memerintahkan untuk membuang mayat Sebastian ke pipa pembuangan kotoran. Meskipun demikian, seorang wanita Kristen bernama Lucina berhasil menemukan alat yang dapat digunakannya untuk memindahkan mayat Sebastian dari pipa kotoran itu dan menguburkannya di kuburan bawah tanah.

Martir Pertama di Inggris (ALBAN - Juni Th. 287 Masehi)

Dalam sejarah kerajaan Roma, salah satu penganiayaan terburuk atas orang-orang Kristen terjadi pada masa Dioklesia (284-305 Masehi).

Keinginan untuk mengembalikan agama berhala Romawi menyebabkan terjadinya penganiayaan besar-besaran terhadap orang Kristen. Inilah penganiayaan terbesar dan yang terkahir dimasa kerajaan Roma. Salah satu korban Dioklesia adalah seorang Kristen yang bernama Alban.

Mulanya Alban adalah orang kafir. Suatu hari seorang pendeta Kristen bernama
Amphibalus membagikan kebenaran Kristus padanya. Karena imannya, Amphibalus
dikejar-kejar para penguasa dan seperti Rahab yang menyembunyikan dua pengintai yang diutus melihat tanah perjanjian, Alban pun menyembunyikan Amphibalus dirumahnya.

Ketika para serdadu tiba untuk mencari Amphibalus di rumahnya, Alban mengaku dirinya sebagai Amphibalus supaya Amphibalus sendiri punya cukup waktu untuk melarikan diri. Kebohongan Alban segera diketahui dan pemerintah memerintahkan untuk mencambuk lalu memenggal kepalanya.

Orang yang telah ditunjuk untuk mengeksekusi Alban tiba-tiba bertobat dan memohon kepada Alban supaya ia boleh mati untuknya atau dengannya. Akhirnya, ia pun dihukum mati bersama dengan Alban. Keduanya dipenggal pada 22 Juni 287 Masehi.

Kota St.Alban's di kabupaten Hertfordshire,Inggris, diberi nama St.Alban's untuk mengenang Alban karena keberaniaannya menyerahkan nyawanya bagi temannya (Yohanes 15:13). Apa yang kita lakukan jika para petugas datang ke pintu kita mencari pendeta kita untuk dibunuh?

Bahkan hari ini, saat orang-orang Kristen di negara-negara terlarang di penjara karena iman mereka, pelayanan mereka tidak berhenti sampai di situ. Pendeta Wumbrand mendapat hak istimewa melihat Letnan Grecu yang menginterogasi dirinya di penjara meletakkan imannya pada Yesus.

Doa-doa kita dapat membuat hati para penganiaya/pengeksekusi, penginterogasi dan penjaga penjara bahkan para pemimpin bangsa untuk percaya kepada Sumber Keselamatan Sejati, yakni Yesus Kristus !

Sabtu, 03 Mei 2008

Eulogy

 
We buried my mother yesterday. Her eulogy is at my brothers blog "Only in His Service." If your interested in reading it, click here.