ENGLISH       INDONESIA

Sabtu, 02 Agustus 2008

Hanya Oleh Kekuatan Kasih Tuhan Seorang Suami Dapat Mengampuni Istrinya yang Berselingkuh (Kesaksian Gideon dan Icha)

Perhatian dan cinta tidak didapatnya lagi dari suaminya. Hingga akhirnya kasih dalam hatinya menjadi dingin, dan cinta menjadi hambar, tidak ada lagi perekat bagi hubungannya dengan sang suami. Semua harapan untuk terus menjalani bahtera rumah tangganya telah kandas. Itulah yang membuat Iecha akhirnya memutuskan untuk selingkuh.

Seorang pria dikantornya telah memikat hatinya, perhatian yang diberikan pria ini membuat Iecha jatuh cinta.

"Mulanya kami hanya sering bercerita saja, dia sangat mengerti apa yang saya perlu. Untuk pekerjaan yang kecil, untuk hal-hal yang saya lakukan, dia rajin memuji saya, dia selalu menyempatkan mengucapkan terima kasih. Dan itu tidak pernah dilakukan suami saya. Suami saya selalu anggap jika saya mengerjakan pekerjaan rumah, itu kewajiban saya sebagai seorang istri."

Hingga pada suatu titik, Iecha memutuskan melakukan hubungan intim dengan pria yang menjadi selingkuhannya.

"Biasanya kami pergi ke hotel yang jauh dari kota kami, dan saya memberikan segalanya buat dia."

Iecha bertemu dengan suaminya, ditempat kerja Gideon, sang suami. Akhirnya mereka menjalani hubungan yang lebih dalam, dan sempat hidup bersama tanpa menikah. Namun kehidupan mereka dipenuhi dengan pertengkaran demi pertengkaran. Akhirnya Gideon dan Iecha melangsungkan pernikahan dengan harapan masalah-masalah yang mereka hadapi waktu mereka tidak menikah, tidak lagi mereka hadapi.

"Pada awalnya kehidupan pernikahan kami baik-baik saja. Makin bertambah usia pernikahan kami, saya harus akui bahwa saya banyak kecewa terhadap suami saya. Ada banyak kebutuhan-kebutuhan saya, sebagai seorang istri, sebagai seorang wanita yang tidak dipenuhinya."

Gideon membenarkan pernyataan Iecha tersebut, "Saya termasuk suami yang kurang memperdulikan bagaimana istri saya, apa sih yang dibutuhkannya dari saya. Saya tidak pernah bertanya tentang hal itu kepadanya. Jadi saya tidak pernah memberikan waktu yang banyak untuk dia. Bagian saya adalah bekerja, cari uang buat kamu. Jadi tugas kamu adalah mengurus rumah tangga ini dengan baik. Dulu memuji istri adalah sesuatu yang aneh bagi saya."

Setelah enam bulan menjalani perselingkuhan, Iecha mengikuti camp Wanita Bijak. "Disana saya banyak ditegur tentang dosa ini. Saya sadar bahwa sebenarnya diri saya ini berharga di hadapan Tuhan. Dan saya memiliki fungsi yang unik, yang telah Tuhan taruh dalam hidup saya sebagai seorang wanita, sebagai seorang ibu, sebagai seorang istri. Dan saya harus bisa jadi contoh, jadi teladan, minimal bagi anak-anak saya. Saya harus berhenti, saya harus memutuskan hubungan dengan pria ini "

Iecha akhirnya mengambil keberanian dan memutuskan untuk mengakui perselingkuhan yang dilakukannya kepada sang suami.

"Saya sudah jatuh dalam perselingkuhan, saya sudah jatuh dalam perzinahan."

Mengetahui hal ini, Gideon merasa hancur, "Waktu saya tahu istri saya selingkuh, saya merasa sangat sakit."

"Aku dikhianati oleh istriku sendiri. Aku dikhianati oleh orang yang sangat aku percaya. Saya ngga kuat Tuhan."

Dalam keadaan putus asa, Gideon datang kepada Tuhan meminta kekuatan untuk dapat mengampuni dan mengasihi istrinya kembali.

"Ku datangi dia, dan aku bilang, hari ini aku putuskan, hari ini aku mau bilang sama kamu, aku mengasihi kamu." Demikian Gideon mengungkapkan pengampunan tulusnya sambil menitikkan air mata.

Sambil menangis karena rasa haru, Iecha menceritakan perasaannya saat itu.

"Saya tahu waktu itu, saya adalah orang yang sangat sulit untuk dikasihi. Tapi toh dia mau melakukannya. Dan saya malu waktu itu, karena ini kualitas yang belum pernah saya lihat dalam diri suami saya, sebelumnya. Dan saya malu pada diri saya, karena ternyata suami saya memiliki hati yang... ya.. saya punya istilah hatinya lebih besar dari pada badannya. Saya bisa melihat gambaran Kristus ada dalam suami saya. Orang bilang Tuhan Yesus itu tidak pernah menolak orang yang datang pada-Nya. Saya percaya hal itu, karena suami saya tidak pernah menolak saya."

Sekalipun Iecha masih tetap menemukan kekurangan-kekurangan dalam diri suaminya, namun dia telah memiliki cara pandang yang berbeda.

"Saya bilang sama Tuhan, Tuhan, kasih saya kekuatan untuk dapat menerima dia apa adanya. Sekalipun saya tetap dapat melihat kekurangan-kekuranganya, tapi saya tidak mau dikuasai oleh hal itu. Tapi saya minta sama Tuhan, supaya saya dikuasai oleh kasih yang dari Tuhan itu."

Maka karya Tuhan yang luar biasa terjadi dalam hidup Gideon dan Iecha, "Dan sejak saat itu, hubungan kami Tuhan pulihkan dengan cara yang luar biasa. Kasih Tuhan itu sendiri menjadi pemersatu aku dan istriku."

"Hanya oleh kasih Tuhan saya sanggup mengasihi suami saya, ngga bisa yang lain," ungkap Iecha penuh kebahagiaan. (Kisah ini sudah ditayangkan 2 Juni 2008 dalam acara Solusi di SCTV).

Sumber kesaksian :

Gideon dan Iecha



Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

DILEPASKAN DARI DOSA HOMOSEKSUAL (GAY) - Kesaksian Lukas Bundiyanto

Saya Lukas Bundiyanto, anak pertama dari lima bersaudara. Kehidupan saya yang hancur berantakan di Bali. Sebenarnya saya minggat ke Bali karena papa saya marah setelah mengetahui saya suka ke tempat pelacuran di Magelang.

Kebiasaan ini saya ulangi lagi ketika saya sudah bekerja di Bali dan tidak hidup bersama dengan pasangan gay saya itu lagi. Jadi di Bali selain menjalani hubungan sesama jenis, saya juga beberapa kali pergi ke tempat pelacuran wanita. Semua jenis dosa sudah saya lakukan. Dari free-sex sampai nge-drugs. Hidup saya benar-benar hancur.

Awal mengenal kehidupan gay.
Ketika di pesawat jurusan Yogja - Denpasar saya bertemu dengan seorang pria. Orang ini bertanya saya mau ke mana dan saya menjawab bahwa saya minggat. Akhirnya orang itu menawarkan diri apakah saya mau tinggal bersamanya. Saya menyetujuinya.

Minggu-minggu pertama tidak ada apa-apa. Namun memasuki minggu ketiga pria ini melakukan sesuatu yang 'aneh' terhadap saya. Dia mulai menggerayangi tubuh saya. Ternyata dia seorang gay.

Awalnya saya jijik karena ini adalah awal hubungan saya dengan sesama jenis. Namun karena sungkan atas pertolongannya selama ini akhirnya saya ikuti saja keinginannya. Lama-kelamaan saya jadi menikmati hubungan sejenis itu. Saya hidup bersama dengannya kurang lebih selama enam bulan. Setelah itu kami pisah karena saya sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri. Saya bekerja sebagai tukang pijat plus.

Pergi ke gereja.
Pada suatu hari di Minggu pagi di bulan Desember 1997 untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki saya ke gereja. Saya diajak oleh seorang teman kost saya yang bernama Esther. Saya tidak tahu kenapa pagi itu saya ada keinginan untuk pergi ke gereja. Padahal malamnya sampai jam 5 pagi hari saya baru clubbing ke beberapa diskotik di daerah Kuta. Dan malam itu ada pemeriksaan narkoba. Saat itu saya membawa ecstasy. Semua kami digeledah.

Oleh anugrah dan kemurahan Tuhan saat itu saya lolos. Karena saya berhasil membuang ecstasy tersebut tanpa diketahui oleh aparat. Padahal saat itu saya belum mengenal Tuhan Yesus. Sedangkan teman saya saat itu berhasil ditangkap dan dipenjara selama 6 tahun.

Pagi itu ketika pulang dari gereja saya tidak merasa ada sesuatu yang spektakuler. Semua berjalan biasa saja. Tapi entah kenapa Minggu depannya lagi yaitu tanggal 4 Januari 1998 saya punya kerinduan untuk datang ke gereja itu lagi. Kali ini saya merasa berbeda. Merasa ada kedamaian di dalam hati saya. Meskipun demikian saya tetap masih melakukan kewajiban agama saya. Kemudian pada tanggal 11 Januari 1998 adalah Minggu yang ke-3 saya datang ke gereja.

Ketika sedang kebaktian pada jam 8 pagi saya mendengar ada suara pria yang berkata, "Saatnya Aku memanggilmu sekarang." suaraNya jelas sekali. Saya mendengarnya secara audible. Kemudian saya melihat ke kanan dan ke kiri saya barangkali ada pria yang berbicara kepada saya. Namun kiri dan kanan saya adalah wanita. Suara itu saya dengar sampai tiga kali. Dalam hati saya berkata ini suara Tuhan Yesus.

Tapi saya tidak percaya saat itu kalau itu suara Tuhan. Suara itu saya abaikan saja. Namun ketika ada tantangan altar call saya tidak tahu tiba-tiba saya bisa rebah di tempat duduk saya, kemudian saya bangkit kembali dan berlari ke depan mimbar. Saat itu yang melayani adalah seorang hamba Tuhan dari Amerika. Ketika itu berkata (saya baru tahu kalau itu nubuatan setelah bertobat menerima Tuhan Yesus), "Kamu akan menjadi penyelamat keluargamu dan menjadi terang buat keluargamu dan bangsa-bangsa."

Mendengar suara Tuhan.
Sejak saat itu, mulai Minggu depannya lagi tanggal 18 Januari 1998 saya punya kerinduan yang sangat dalam untuk mengenal Tuhan Yesus bahkan dibaptis. Kemudian saya mulai ikut komsel (di GBI Lembah Pujian namanya Komunitas Mesianik). Akhirnya saya menyerahkan diri saya untuk dibaptis pada tanggal 25 April 1998. Saya menerima Tuhan Yesus di dalam keadaan saya berhutang kurang lebih 40-an juta.

Karena saya korupsi uang kantor dan ketahuan setelah diaudit. Akhirnya saya harus mencicil hutang saya dengan cara gaji saya dipotong. Namun tetap tidak bisa melunasi hutang saya seluruhnya. Saya hanya bisa melunasi setengahnya. Saya tidak tahu lagi bagaimana caranya. Ketika sedang mengendarai motor saat pulang kerja keluarlah nyanyian ini dari mulut saya, "Dia buka jalan saat tiada jalan...". Kemudian ada kalimat firman Tuhan yang tiba-tiba keluar menjadi rhema buat saya yaitu, "Dengan tinggal tenang terletak kekuatanmu." Keesokan harinya saya bisa dengan berani menghadap pimpinan saya mengaku semua kesalahan saya dan dia memberikan kesempatan kepada saya buat mencicil hutang saya.

Bahkan dia meminjamkan motornya buat saya pakai. Saya melihat keajaiban dan pertolongan Tuhan di dalam hidup saya. Karena orang-orang yang tadinya saya harapkan dapat menolong saya ternyata tidak dapat membantu. Saat itu saya ingat lagi Firman Tuhan yang berkata, "Janganlah berharap dan bersandar kepada manusia." Saat itu saya menangis dan saya semakin sungguh-sungguh datang kepada Tuhan. Kemudian saya mulai rajin mengikuti doa malam juga.

Pertolongan Tuhan.
Dalam doa malam itu Tuhan kembali membuktikan pertolongannya. Ada seorang ibu yang mendatangi saya dan berkata, "Tuhan memberitahukan tante bahwa kamu ada masalah berat, tapi bukan masalah keluarga, pekerjaan atau pacar tapi keuangan. Berapa jumlahnya?" Awalnya saya tidak mau menyebutkan jumlahnya karena sungkan, namun setelah didesak saya sebutkan angka yang masih harus saya selesaikan yaitu hutang saya sebesar Rp.22 juta.

Saat itu beliau berkata, "OK, hari Minggu kamu ambil uangnya. Tante cuma minta kwitansinya aja." Saat itu saya menangis. Ternyata enam tahun kemudian beliau baru cerita bahwa uang itu adalah hasil penjualan tokonya yang ada di Bedugul dan jumlahnya persis seperti yang saya sebutkan di atas. Hutang saya lunas! Tuhan memang luar biasa!

Namun ketika Tuhan menangkap hidup saya, saya mulai meninggalkan semua dosa-dosa lama. Tidak seketika memang, semuanya berjalan melalui proses. Saya mulai meninggalkan komunitas saya yang lama dan mulai membangun hidup yang baru dengan keluarga rohani sejak saya mengenal kebenaran di dalam Tuhan Yesus. Saya dilayani pelepasan dari keterikatan saya dengan hubungan sesama jenis dan dosa-dosa lama saya lainnya. Saya dilayani oleh Ibu I Ketut Labek. Saya mulai ikut Sekolah Orientasi Melayani, saya ikut komsel dan dengan berjalannya waktu mulai ambil bagian di dalam pelayanan. Saya angkut-angkut kursi, kemudian saya menjadi ketua komsel dan aktif di dalam creative ministry.

Jatuh bangun lagi.
Namun kehidupan saya selanjutnya tidak berjalan dengan mulus. Pada akhir tahun 1999 sampai awal tahun 2000 saya jatuh lagi di dalam dosa homoseksual. Saya jatuh lagi karena saya kecewa dan kepahitan dengan orang yang sudah saya anggap kakak rohani saya sendiri. Padahal saat itu saya sudah dipercayakan melayani sebagai ketua komsel.

Saya sudah percaya kepada dia, tapi waktu itu dia membuat saya tersinggung, sakit hati sehingga saya jatuh lagi. Pada saat yang bersamaan dengan itu juga mantan pacar sesama jenis saya menghubungi saya kembali. Sehingga saya jatuh lagi selama kurang lebih enam bulan.

Saya tidak ke gereja lagi karena saya dituduh korupsi uang perusahaan. Jadi saya melarikan diri dari Tuhan dan persekutuan dengan saudara seiman. Saat itu saya berniat pergi ke Jakarta. Namun Tuhan tidak izinkan sehingga detik-detik saya mau berangkat ke Jakarta saya mengalami sakit panas yang sangat tinggi.

Pemulihan terjadi.
Karena lama-kelamaan saya tidak pernah kelihatan datang ke gereja, beberapa orang sahabat saya heran. Akhirnya mereka bertanya ada apa dengan saya dan saya menceritakan semua kejadian yang saya alami. Itulah gunanya sahabat. Jadi ketika kita menghadapi masa-masa yang buruk dan tidak menyenangkan merekalah yang menopang kita dan membawa kita bangkit kembali. Kalau tidak ada mereka saya benar-benar terhilang.

Akhirnya saya mau datang ke gereja lagi. Dan saya tinggal bersama sahabat saya yang bernama Suhardiman selama 3 tahun. Dari tahun 2000 sampai tahun 2003. Karena saat itu saya terus dikejar-kejar pasangan gay saya yang dulu. Satu pelajaran yang saya tangkap adalah ketika kita lemah kita harus memiliki sahabat yang melindungi dan meng-cover kita. Jadi ketika kita lemah kita tidak boleh tinggal sendiri. Karena pasti jatuh.

Dalam sebuah fellowship gereja di Bedugul hubungan saya dengan kakak rohani saya itu dipulihkan. Memang butuh waktu untuk mengembalikan hubungan yang sempat retak yaitu kurang lebih setahun sampai Tuhan pulihkan di Bedugul itu.

Kemudian saya mulai pelayanan lagi. Saya melayani di Sekolah Minggu. Tahun 2004 saya mulai pelayanan sekolah minggu ke daerah-daerah di timur Indonesia seperti di Kupang - NTT. Tahun 2005 saya pelayanan di Waingapu dan Waikabubak. Di sana kami mengadakan KKR anak. Juni 2006, saya juga pelayanan ke Papua.

Pada bulan Mei 2005 lalu saya ditahbiskan sebagai Pendeta Pembantu. Karena panggilan Tuhan yang begitu kuat dalam hidup saya, khususnya di pelayanan anak, akhirnya saya memutuskan menjadi pelayan Tuhan sepenuh waktu. Sehari-hari saya melayani sebagai penyiar radio ROCK FM di Lembah Pujian Bali.

Saya percaya bahwa Tuhan sudah punya rencana dalam hidup saya jika saya bisa seperti sekarang ini. Orangtua dan keluarga saya yang tadinya tidak bisa menerima saya karena saya pindah agama dan ikut Tuhan Yesus, sekarang malah senang apalagi saya sudah menjadi hamba Tuhan. Bahkan beberapa waktu yang lalu saya sempat mengajak kedua orangtua saya berlibur ke Bali, tempat di mana saya mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang mengubah hidup saya yang tadinya bergelimang dosa, kemudian dipulihkan dan sekarang diangkat menjadi alat kerajaanNya.

"Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?"(Yehezkiel 18:31)



Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

DILEPASKAN DARI JERAT DOSA HOMOSEKSUAL (LESBIAN) - Kesaksian Sonya Lawalata

Aku adalah wanita kelahiran Palu 1954. Ayahku seorang tentara yang dinasnya selalu berpindah-pindah tempat. Di usia aku yang ke-4, ayah dan ibuku bercerai karena tidak harmonisnya hubungan mereka. Karena kasih saying Oma terhadap cucu-cucunya, ia membawa dan mengasuhku beserta adik-adikku ke Sangir Talaud, Manado.

Pernikahan yang tidak bahagia

Ketika aku berumur 16 tahun, oma meninggal, sehinggga aku beserta adik-adik tinggal dengan saudara lainnya di kampung itu. Merasa beranjak dewasa, tahun 1979, aku mengambil keputusan untuk merantau ke Balikpapan seperti teman-teman sebayaku saat itu. Setelah beberapa waktu bekerja di sana aku pun mulai kenal dan dekat dengan seorang pria bernama Efendi. Walaupun kami berbeda keyakinan, namun hubungan kami semakin dekat sehingga kami berani mengambil keputusan untuk maju ke tahap yang lebih serius. Keputusan tersebut terlaksana dan aku pun mengikuti keyakinan suamiku. Tak pernah terbesit sedikitpun dibenakku bahwa rumah tangga ini harus berakhir. Hubunganku dengan suami tidak pernah harmonis seperti masa-masa pacaran. Tahun 1985, aku harus menghadapi kenyataan yang sangat pahit ketika suamiku menyatakan untuk bercerai, bahkan ia menikah dengan wanita lain.

Setahun kemudian, aku nekad pergi ke Jakarta dengan keinginan kuat untuk melupakan semua pengalaman pahit hidup ini dan memulai hidup yang baru. Namun apa yang terjadi tenyata jauh diluar dugaanku. Bukannya hidup yang lebih baik yang kudapatkan, sebaliknya, aku terpaksa mendekam dalam penjara wanita selama 7 bulan. Hukuman yang harus jalani setelah sebelumnya aku mabuk berat dan tanpa sadar telah membuat keributan di sebuah restoran. Sungguh, benar-benar jauh dari perkiraanku.

Mencintai sesama jenis

Dalam tahanan, ada seorang wanita yang memperhatikanku. Kedekatanku denganya membuatku merasa nyaman. Pelan tapi pasti, tanpa disadari ternyata kami mulai memiliki perasaan selayaknya rasa cinta terhadap lawan jenis. Hubungan ini terus berlanjut sampai masa tahananku selesai dan aku dibebaskan.

Bebas dari tahanan ternyata tidak juga menjadi kesempatan baik buatku untuk memulihkan hidupku dari jerat dosa. Saat itu aku tinggal dengan teman lamaku yang tergabung dalam sebuah tim band wanita. Di sinilah hidupku semakin tenggelam dalam kubangan lumpur dosa. Narkotika dan minuman keras selalu menjadi santapanku hampir setiap harinya, bahkan aku sering menyakiti diriku sendiri dengan mengiris-iris tangan dan perutku dengan pisau. Semakin dalam lukanya, aku sepertinya merasakan kenikmatan yang memuaskan hatiku. Tanpa disadari, pengalaman-pengalaman ini justru mendorongku untuk segera mengakhiri hidup.

Perasaan mencintai sesama jenis terus merasuki hidupku. Tahun 1993 aku berkenalan dengan Marsa dan kami menjalin hubungan layaknya pasangan suami istri. Lima tahun kemudian, aku meninggalkannya untuk merantau ke Batam. Akibat rantai dosa yang semakin kuat menjerat hidupku, aku pun mendapatkan pasangan baru, seorang wanita yang berusia 10 tahun lebih muda dariku.

Suatu hari aku dan beberapa teman pergi ke Pub "Nagoya". Pengaruh minuman keras membuatku lupa diri. Ternyata teman-temanku telah meninggalkanku sendirian dengan tagihan yang besar yang tidak bisa kubayar. Malam itu 3 orang bodyguard yang berbadan besar dan kekar, menghajarku tanpa ampun sampai babak-belur dan tidak sadarkan diri lagi di luar area pub tadi. Keesokan harinya, sekitar pukul 5 pagi, aku terbangun dengan rasa sakit yang menjalar disekujur tubuh. Bagian kepalaku retak dan terus mengalirkan darah. Tiba-tiba aku teringat dengan Sari, teman baikku sewaktu pertamaku berada di Batam. "Mungkin dia bisa membantuku.." pikirku. Saat itu aku teringat kepada Tuhan. Tuhan Yesus, kumohon tolonglah aku.." seruku dalam hati.

Aku adalah wanita sempurna di dalam Kristus

Akhirnya aku dirawat di RS Harapan Bunda. Setelah menjalani perawatan intensif selama 5 hari, kondisiku membaik dan aku diijinkan pulang. Setelah keluar dari rumah sakit, Sari mengajakku ke Jakarta untuk bertemu dengan ibu Linneke. Ia melayaniku dengan penuh ketulusan, tidak seperti perhatian yang ditunjukkan temen-temanku sebelumnya yang akhirnya menyeretku dalam jerat dosa lesbian. Melalui ibu Linneke, aku diperkenalkan kepada Kristus melalui seluruh perbuatannya yang mencerminkan kasih Kristus. Hubungan kami seperti keluarga yang penuh kasih dan damai sejahtera. Bahkan, 3 keponakannya juga turut ambil bagian membantuku dalam proses pemulihan iman dan kejiwaanku. Mereka tidak pernah lelah mengajakku pergi ke gereja. Hingga aku pun mulai berani berdoa, "Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah menyelamatkan hidupku. Terima kasih karena Engkau telah mengampuniku dari seluruh dosa-dosa yang pernah kubuat.."

Sejak saat itu, aku menjadi sangat yakin bahwa Tuhan Yesus telah mematahkan segala ikatan dosa yang akan membawaku kepada kebinasaan kekal. Keberanian dan pemulihan iman yang terjadi dalam hidupku membuatku semakin taat dan konsisten untuk berdoa, membaca firman Tuhan dan aku terus mengikuti persekutuan-persekutuan ibadah yang benar-benar menjamah hatiku dan menguatkan keyakinanku di dalam Kristus sehingga akhirknya aku berserah total kepada Tuhan serta menyatakan kesediaan untuk dibaptis. Maret 2003, ketika aku dibaptis, aku merasa ada suatu roh yang keluar dari tubuhku. Saat itu aku menangis karena aku sangat yakin bahwa aku sudah dibebaskan dari kutuk dosa lesbianku dan kasih Kristus yang luar biasa kini ada di dalam hidupku. "Aku telah menjadi wanita sempurna di dalam Yesus Kristus." Ucapku.

Sekarang aku adalah seorang hamba Tuhan yang melayani sebagai pendoa bagi orang-orang yang terbaring lemah di rumah sakit. Tuhan selalu menyertai setiap pelayananku. Mukjizat-mukjizatNya yang luar biasa terus terjadi melalui pelayanan ini. Bonus yang mulia dari Tuhan ialah melalui kehidupanku sekarang ini, Marsa akhirnya bertobat dan terlepas dari jerat dosa lesbian. Ia menjadi wanita yang sempurna di dalam Tuhan Yesus Kristus, bahkan kini ia juga menjadi seorang pelayanan Tuhan.

Yeremia 29:11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

DILEPASKAN DARI NARKOBA, BESTIALITAS (Hubungan seksual antara manusia dan hewan), DAN ONANI - Kesaksian Steven Imanuel Bawole

Ayah Steven adalah seorang yang keras dan kasar kepada anaknya. Apapun yang Steven lakukan, kalau ia berbuat salah, ayahnya tidak akan segan-segan untuk memukulnya. Hal itu menimbulkan dendam yang sangat dalam di hati Steven. Steven benar-benar benci kepada ayahnya.

Hati Steven pedih dan penuh dengan luka akibat perbuatan ayahnya. Bagi Steven, narkoba adalah jawaban atas segala kebencian dan kepedihan terhadap ayahnya. Karena keinginan hatinya untuk menyenangkan dirinya begitu besar, Steven pun mulai terikat dengan narkoba. Sang ibu, Henny, sempat menemukan obat-obatan miliknya. Henny tidak pernah mengetahui bentuk narkoba itu seperti apa. Barang haram itu pun hanya disangka vitamin oleh Henny.

Ketidaktahuan sang ibu membuat Steven semakin berani. Perilakunya semakin tidak terkontrol. Steven mulai berkhayal dengan fantasi-fantasi liarnya akibat mengkonsumsi narkoba. Fantasi porno pun kerap kali menguasai pikiran Steven. Dan nafsu itu dilampiaskannya dengan cara onani ataupun berhubungan seks dengan anjing piaraannya.

Narkoba yang dipikirnya bisa memberikan kesenangan dalam hidupnya, malah membuat Steven menuju ke ambang kehancuran. Saat memakai narkoba Steven memang merasa hatinya tenang dan dirinya adalah seorang yang lebih hebat daripada yang lain. Sewaktu masih bersekolah di STM, Steven adalah siswa yang suka tawuran. Dia adalah kepala geng bagi anak-anak di sekolahnya.

Jiwanya telah rusak. Akal sehatnya telah hilang akibat narkoba. Anjing piaraanya pun menjadi tempat pelampiasan nafsu birahinya selama 4 bulan. Tak seorang pun yang mengetahui perbuatannya yang sangat kotor dan hina itu.

Pada suatu ketika, anjing piaraan Steven hamil. Steven ketakutan setengah mati, dia takut kalau anak anjing itu adalah hasil hubungannya dengan anjing piaraannya. Dalam kepanikannya, Steven menendang dan memukul anjingnya sampai mati.

Hidup Steven telah hancur gara-gara narkoba. Bagi sang ibu, hanya doa yang bisa dilakukan untuk kesembuhan anak tercintanya. Henny senantiasa berdoa dan bergumul khusus untuk Steven.

Dalam keheningan malam, di saat Steven sedang tertidur pulas, peristiwa yang sangat menakutkan terjadi padanya. Steven bermimpi aneh. Ia sedang memasuki sebuah ruangan. Di dalam ruangan itu Steven melihat ibu dan adiknya sedang menangisi seseorang yang terbaring di tempat tidur. Ketika Steven mendekati tempat tidur itu, ia melihat sosok dirinya sendiri yang terbaring tak berdaya akibat over dosis. Mimpi aneh itu menimbulkan pertanyaan yang besar bagi Steven. Ketakutan yang sangat menguasai diri Steven. Dalam ketakutan itu, Steven pun teringat untuk berteriak, "Tuhan Yesus, tolong saya!!" Kemudian Steven pun terbangun. Steven mulai berpikir kembali tentang hidupnya. Steven benar-benar ingin lepas dari segala keterikatannya tapi ia tidak memiliki kekuatan untuk lepas dari hal itu. Sejak saat itu Steven betekad untuk mulai berhenti total dari segala kebiasaan buruk yang telah mengikatnya selama ini.

Saat mencoba berhenti dari narkoba, Steven harus merasakan seluruh badannya yang sakit, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Steven merasakan tulang-tulangnya yang seperti ditarik-tarik, luar biasa sakitnya. Dengan tekad yang kuat, Steven berjuang untuk lepas dari kebiasaannya itu. Hampir tiga bulan lamanya Steven mengambil puasa secara rutin. Setiap jam 3 pagi Steven terbangun tapi sakit yang dirasakannya tetap terasa. Dengan tekad yang kuat, Steven tetap bertahan untuk menahan rasa sakit yang dialaminya itu. Steven pun hanya bisa pasrah. Kalaupun memang dia harus mati, itu tidak menjadi masalah lagi. Bagi Steven, saat itu adalah saat dimana ia harus menuai apa yang telah ditaburnya selama ini.

Dalam sebuah ibadah, Steven menemani Henny, sang ibu yang tengah berbicara di tengah orang banyak. Saat itu Henny menjadi pembicara sedangkan Steven menjadi pemain gitarnya. Steven tidak menyangka bahwa ibunya akan mengucapkan kata-kata yang sangat menusuk hatinya. Dengan jelas Steven mengingat setiap perkataan ibunya, "Saya berdoa untuk anak saya. Saya bersyukur, doa saya dijawab Tuhan. Saat ini anak saya, Steven, sudah bisa melayani Tuhan."

Steven baru menyadari kalau selama ini Henny selalu berdoa bagi dirinya. Steven tidak pernah tahu selama empat tahun ini, Henny tidak pernah berhenti mendoakan Steven. Hari itu menjadi hari yang merubah sejarah hidup Steven.

"Tuhan terima kasih, ada orang tua yang berdoa meskipun sudah saya kibulin, namanya tercemar karena saya, dan mami bilang anak saya seorang pecandu. Saat itu mami buka semua aib saya. Tapi mami tidak malu. Dia tetap menghargai saya sebagai anaknya," ucap Steven mengungkapkan kekagumannya akan sosok Henny, ibunya.

Steven akhirnya terlepas dari narkoba dan dari semua kebiasaan buruk yang telah membelenggu hidupnya. Bahkan hubungannya dengan sang ayah pun telah dipulihkan. Ayah Steven mulai dipulihkan saat ia menyaksikan sendiri bagaimana Steven masuk di dalam pelayanan.

Saat ini Steven tergabung dalam organisasi anak muda yang memerangi kecanduan narkoba dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan di sekolah-sekolah.

"Saya berterima kasih sama Tuhan. Karena kalau Steven tidak berubah, mungkin kita tidak bisa mengubah hidup orang lain. Saya juga terjun di pelayanan sebenarnya karena diajak Steven," kisah Efraim, adik Steven.

"Tidak ada orang yang mengatakan sedemikian luar biasa kepada saya selain Yesus ketika Dia mengatakan, ‘Steven, Aku cinta kamu.' Itu sudah cukup bagi saya. Saya tahu bawa Dia mencintai saya," ujar Steven penuh haru sambil menutup kesaksiannya. (Kisah ini sudah ditayangkan 17 Desember 2007 dalam acara Solusi di SCTV).

Sumber Kesaksian :
Steven Imanuel Bawole


Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!


Jumat, 01 Agustus 2008

Freedom

 

I am suppose to speak to a group of women at my church in a few weeks. Not knowing exactly what to speak about, I have been in prayer. But, I saw an email that went out to the women leaders of this group that said I would be speaking on being peculiar and doing a inner healing on the entire group of listeners.

So, there you have it. Prayer answered.

I started thinking, how do these two things relate. I sat down and started writing and realized the connection is great.

Most of the Christian people are not peculiar. They appear to be like everyone else. It is very hard, in a crowd, to pick out the Christian from anyone else. Why?

So, here is the focus of my speech. We are not peculiar because we have unresolved issues that lie inside of us that hold us back. These issues have to do with perception. This perception includes how we see our selves and worry about how others will see us.

Fear of man and fear of self. We fear of making a fool of ourselves. Finding the issues inside of ourselves that creates this fear will have to be the next step.
People
What kind of issues are there that create such fear? To name a few:

I was told to not make a fool out of myself.

As a child, I was hurt, emotionally, every time I tried to express myself.

Told, "what will the neighbors think" when I look different.

Came to believe all the above.

All these words and deeds not only keep us from being peculiar, they also, keep us from pure worship. We stifle the desire to fall to our knees, bow before the Lord or dance with the joy of the Lord.
p
We are called peculiar seven time in the Bible.

Exodus 19:5
Now therefore, if ye will obey my voice indeed, and keep my covenant, then ye shall be a peculiar treasure unto me above all people: for all the earth is mine:

Deuteronomy 14:2
For thou art an holy people unto the LORD thy God, and the LORD hath chosen thee to be a peculiar people unto himself, above all the nations that are upon the earth.

Deuteronomy 26:18
And the LORD hath avouched thee this day to be his peculiar people, as he hath promised thee, and that thou shouldest keep all his commandments;

Psalm 135:4
For the LORD hath chosen Jacob unto himself, and Israel for his peculiar treasure.

Ecclesiastes 2:8
I gathered me also silver and gold, and the peculiar treasure of kings and of the provinces: I gat me men singers and women singers, and the delights of the sons of men, as musical instruments, and that of all sorts.

Titus 2:14
Who gave himself for us, that he might redeem us from all iniquity, and purify unto himself a peculiar people, zealous of good works.

1 Peter 2:9
But ye are a chosen generation, a royal priesthood, an holy nation, a peculiar people; that ye should shew forth the praises of him who hath called you out of darkness into his marvellous light

home_areyou
Even though God calls us peculiar we ignore that call. We concentrate on other things that God has called us and leave this one alone. We, has Christians, need to find a place of freedom inside of ourselves, that brings freedom to be a peculiar people.