ENGLISH       INDONESIA

Rabu, 27 Agustus 2008

PAKAIAN SURGAWI (Penyingkapan dari TUHAN kepada Rev. Dr. Jaerock Lee)

Di surga, pada dasarnya setiap orang mengenakan pakaian yang putih, cemerlang, dan berkilauan. Bahannya lembut dan sangat ringan bagaikan tidak mempunyai bobot serta mengayun dengan indahnya.

Karena tingkat kekudusan yang dicapai setiap orang berbeda-beda, maka cahaya yang keluar dari pakaian dan terangnya juga berbeda.

Semakin seseorang mencerminkan hati Allah yang kudus, semakin terang cahaya pakaiannya.

Tergantung seberapa banyak Anda bekerja bagi kerajaan Allah dan memuliakan Dia, demikian pula pakaian dengan berbagai jenis disain dan bahan yang sesuai akan diberikan.

Karena itu, bagi mereka yang masuk ke Yerusalem Baru atau yang telah banyak mendukung perluasan kerajaan Allah akan menerima pakaian yang indah, beraneka warna, dan cemerlang.

Di satu pihak, jika tidak banyak yang Anda lakukan bagi kerajaan Allah, Anda hanya akan menerima sedikit pakaian di surga. Sebaliknya, jika Anda bekerja sangat banyak dengan iman dan kasih, Anda akan menerima jumlah pakaian yang tidak terhitung banyaknya yang terdiri dari berbagai warna dan disain.

Allah akan memberikan pakaian-pakaian dengan berbagai atribut untuk menunjukkan kemuliaan dari setiap orang; seperti halnya seorang anggota keluarga kerajaan di masa lampau menyatakan kedudukannya dengan memakai atribut khusus di pakaian mereka, demikian pula pakaian-pakaian di surga dengan berbagai atribut untuk menunjukkan kedudukan dan kemuliaan seseorang di surga.

Misalnya ada atribut “Pujian”, yakni untuk mereka yang menyanyikan pujian dalam hidup mereka dengan hati/pikiran yang penuh ucapan syukur atas kasih dan anugerahNya atau mereka yang menyanyi untuk memuliakan Allah.

Juga ada atribut “Sukacita” dan “Ucapan Syukur”, yakni bagi mereka yang benar-benar bersukacita dan bersyukur di dalam hati mereka karena mengingat anugerah Allah yang sudah memberikan hidup yang kekal dan kerajaan surga, walaupun melalui banyak sengsara dan pencobaan di dunia ini.

Juga ada atribut “Doa”, yakni bagi mereka yang berdoa dengan hidup mereka yang sudah diserahkan bagi Kerajaan Allah.

Namun, dari antara semua atribut, yang paling indah dan yang paling sulit diperoleh adalah atribut “Kemuliaan”.- atribut ini diberikan hanya bagi mereka yang melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah dari dasar hati mereka. Atribut “Kemuliaan” ini khusus diberikan kepada mereka yang melakukan pekerjaan yang sangat sulit dan sangat banyak bagi Kerajaan Allah, serta memberikan kemuliaan yang besar untuk Tuhan. Karena itu, mereka yang mengenakan pakaian dengan atribut “Kemuliaan” adalah mereka yang berkedudukan paling mulia di dalam Kerajaan Surga.


Kaitan antara PUJIAN dan PENYEMBAHAN (Selvaraj)

Semua orang Kristen (Pengikut Yesus Kristus) tahu bagaimana caranya menyanyikan lagu-lagu pujian dan penyembahan dalam ibadah dan persekutuan pribadinya.

Namun demikian, apakah kita benar-benar mengetahui bagaimana memuji dan menyembah Allah?

Karena keterbatasan pengertian dan pengetahuan rohani, kedua istilah ini seringkali membingungkan.

Pada saat kita perlu memuji, kita malah menyembah, dan pada saat kita perlu menyembah, kita malah memuji.

Memuji Tuhan adalah pernyataan kita tentang kebaikan, keajaiban dan kebesaran Allah. (Kitab Mazmur, Kel 15:1-21)

Menyembah Allah adalah suatu persekutuan kasih dengan Allah.- seperti halnya hubungan seorang wanita dan pria; pada saat kita kita masuk dalam sikap menyembah, kita menjadi satu dengan Allah, tenggelam dan kasih setiaNya yang tidak berkesudahan dan kasih yang tidak ada bandingannya. Hal ini sama seperti kita duduk dalam hadirat Allah dan hanya Dia yang kita kasihi.

Seperti halnya sepasang kekasih yang saling memuji,”Oh sayang! Kau sungguh cantik! (atau) Kau sungguh tampan dan mempesona!” – demikian pula halnya dengan penyembahan. Pada saat kita bersukacita dalam Tuhan melalui penyembahan, keberadaan kita menjadi satu denganNya. Dalam “atmosfir” ini, kita dapat menerima wahyu dan pengertian tentang pengenalan akan Allah Bapa.

Pujian harus selalu mendahului penyembahan, karena hanya pujian yang dapat memimpin kita kepada penyembahan. Pujian mempersiapkan kita masuk ke dalam Ruang Maha Kudus untuk menyembah Allah di tengah-tengah Awan KemuliaanNya (Shekinah Glory).


Keintiman dalam Penyembahan

Hubungan yang makin intim adalah Akar dari Penyembahan Rohani.

Inti dari penyembahan yang intim adalah tidak merasa malu mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan Yesus dalam kerendah-hatian dan kasih yang mesra.

(Selvaraj)

Persembahan / Korban pada jaman Perjanjian Lama

Persembahan yang berbau harum:

  1. Korban Bakaran (Im 6:8-13)

  2. Korban Sajian (Im 6:14-23)

  3. Korban Keselamatan (Im 7:11-21)


Persembahan yang tidak berbau harum:

  1. Korban Penghapus Dosa (Im 6:24-30)

  2. Korban Penebus Salah (Im 7:1-7)


(Arti rohani: Korban Kristus)

To Busy

 
Life is so busy. It is difficult to find the time to sit and focus on Jesus. So, I fall back on the discipline of catching every thought to the obedience of God.

Staying focused on God in the business of our minds can be a enormous task. It can become frustrating and overwhelming. We begin to tell ourselves that communing with God twenty four hours a day is impossible and then give up. But, I tell you that it is not impossible and in this age, we need to practice finding God in everything.

For myself, there is just no way that, at this time, I can sit down and just wait or meditate on the Lord. So, I have found that I can be with God and know I am with God 24/7.

Through the discipline of catching every thought I have found that I praise God or pray constantly in the back of my head. It is like a second thought, that lies beneath the thoughts throughout the day. These thoughts have become a natural process throughout my day.

I can hear myself praising God while I talk to others or concentrate on a project. This has become a habit, a natural part of my thinking process. It helps me to stay in intimate contact with my Lord. It brings me peace and strength.

I began this discipline by making sure that my thoughts were on the Lord. I would make a conscious effort to only think of God. When I would find my thoughts moving away from God, I would quickly bring them back to God. It took many months of concentrated effort to have this discipline become a part of my everyday life, but the outcome of that effort is incredible.