Perhatian dan cinta tidak didapatnya lagi dari suaminya. Hingga akhirnya kasih dalam hatinya menjadi dingin, dan cinta menjadi hambar, tidak ada lagi perekat bagi hubungannya dengan sang suami. Semua harapan untuk terus menjalani bahtera rumah tangganya telah kandas. Itulah yang membuat Iecha akhirnya memutuskan untuk selingkuh. Seorang pria dikantornya telah memikat hatinya, perhatian yang diberikan pria ini membuat Iecha jatuh cinta.
Hingga pada suatu titik, Iecha memutuskan melakukan hubungan intim dengan pria yang menjadi selingkuhannya. "Biasanya kami pergi ke hotel yang jauh dari kota kami, dan saya memberikan segalanya buat dia." Iecha bertemu dengan suaminya, ditempat kerja Gideon, sang suami. Akhirnya mereka menjalani hubungan yang lebih dalam, dan sempat hidup bersama tanpa menikah. Namun kehidupan mereka dipenuhi dengan pertengkaran demi pertengkaran. Akhirnya Gideon dan Iecha melangsungkan pernikahan dengan harapan masalah-masalah yang mereka hadapi waktu mereka tidak menikah, tidak lagi mereka hadapi.
Gideon membenarkan pernyataan Iecha tersebut, "Saya termasuk suami yang kurang memperdulikan bagaimana istri saya, apa sih yang dibutuhkannya dari saya. Saya tidak pernah bertanya tentang hal itu kepadanya. Jadi saya tidak pernah memberikan waktu yang banyak untuk dia. Bagian saya adalah bekerja, cari uang buat kamu. Jadi tugas kamu adalah mengurus rumah tangga ini dengan baik. Dulu memuji istri adalah sesuatu yang aneh bagi saya."
Iecha akhirnya mengambil keberanian dan memutuskan untuk mengakui perselingkuhan yang dilakukannya kepada sang suami. "Saya sudah jatuh dalam perselingkuhan, saya sudah jatuh dalam perzinahan." Mengetahui hal ini, Gideon merasa hancur, "Waktu saya tahu istri saya selingkuh, saya merasa sangat sakit."
Dalam keadaan putus asa, Gideon datang kepada Tuhan meminta kekuatan untuk dapat mengampuni dan mengasihi istrinya kembali. "Ku datangi dia, dan aku bilang, hari ini aku putuskan, hari ini aku mau bilang sama kamu, aku mengasihi kamu." Demikian Gideon mengungkapkan pengampunan tulusnya sambil menitikkan air mata. Sambil menangis karena rasa haru, Iecha menceritakan perasaannya saat itu. "Saya tahu waktu itu, saya adalah orang yang sangat sulit untuk dikasihi. Tapi toh dia mau melakukannya. Dan saya malu waktu itu, karena ini kualitas yang belum pernah saya lihat dalam diri suami saya, sebelumnya. Dan saya malu pada diri saya, karena ternyata suami saya memiliki hati yang... ya.. saya punya istilah hatinya lebih besar dari pada badannya. Saya bisa melihat gambaran Kristus ada dalam suami saya. Orang bilang Tuhan Yesus itu tidak pernah menolak orang yang datang pada-Nya. Saya percaya hal itu, karena suami saya tidak pernah menolak saya." Sekalipun Iecha masih tetap menemukan kekurangan-kekurangan dalam diri suaminya, namun dia telah memiliki cara pandang yang berbeda.
Maka karya Tuhan yang luar biasa terjadi dalam hidup Gideon dan Iecha, "Dan sejak saat itu, hubungan kami Tuhan pulihkan dengan cara yang luar biasa. Kasih Tuhan itu sendiri menjadi pemersatu aku dan istriku." "Hanya oleh kasih Tuhan saya sanggup mengasihi suami saya, ngga bisa yang lain," ungkap Iecha penuh kebahagiaan. (Kisah ini sudah ditayangkan 2 Juni 2008 dalam acara Solusi di SCTV). Sumber kesaksian : Gideon dan Iecha | |
Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini : | |
Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin! |
Sabtu, 02 Agustus 2008

Hanya Oleh Kekuatan Kasih Tuhan Seorang Suami Dapat Mengampuni Istrinya yang Berselingkuh (Kesaksian Gideon dan Icha)

DILEPASKAN DARI DOSA HOMOSEKSUAL (GAY) - Kesaksian Lukas Bundiyanto
Saya Lukas Bundiyanto, anak pertama dari lima bersaudara. Kehidupan saya yang hancur berantakan di Bali. Sebenarnya saya minggat ke Bali karena papa saya marah setelah mengetahui saya suka ke tempat pelacuran di Magelang. "Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?"(Yehezkiel 18:31) | |
Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini : | |
Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin! |
DILEPASKAN DARI JERAT DOSA HOMOSEKSUAL (LESBIAN) - Kesaksian Sonya Lawalata
Aku adalah wanita kelahiran Palu 1954. Ayahku seorang tentara yang dinasnya selalu berpindah-pindah tempat. Di usia aku yang ke-4, ayah dan ibuku bercerai karena tidak harmonisnya hubungan mereka. Karena kasih saying Oma terhadap cucu-cucunya, ia membawa dan mengasuhku beserta adik-adikku ke Sangir Talaud, Manado.
Pernikahan yang tidak bahagia
Ketika aku berumur 16 tahun, oma meninggal, sehinggga aku beserta adik-adik tinggal dengan saudara lainnya di kampung itu. Merasa beranjak dewasa, tahun 1979, aku mengambil keputusan untuk merantau ke Balikpapan seperti teman-teman sebayaku saat itu. Setelah beberapa waktu bekerja di sana aku pun mulai kenal dan dekat dengan seorang pria bernama Efendi. Walaupun kami berbeda keyakinan, namun hubungan kami semakin dekat sehingga kami berani mengambil keputusan untuk maju ke tahap yang lebih serius. Keputusan tersebut terlaksana dan aku pun mengikuti keyakinan suamiku. Tak pernah terbesit sedikitpun dibenakku bahwa rumah tangga ini harus berakhir. Hubunganku dengan suami tidak pernah harmonis seperti masa-masa pacaran. Tahun 1985, aku harus menghadapi kenyataan yang sangat pahit ketika suamiku menyatakan untuk bercerai, bahkan ia menikah dengan wanita lain.
Setahun kemudian, aku nekad pergi ke Jakarta dengan keinginan kuat untuk melupakan semua pengalaman pahit hidup ini dan memulai hidup yang baru. Namun apa yang terjadi tenyata jauh diluar dugaanku. Bukannya hidup yang lebih baik yang kudapatkan, sebaliknya, aku terpaksa mendekam dalam penjara wanita selama 7 bulan. Hukuman yang harus jalani setelah sebelumnya aku mabuk berat dan tanpa sadar telah membuat keributan di sebuah restoran. Sungguh, benar-benar jauh dari perkiraanku.
Mencintai sesama jenis
Dalam tahanan, ada seorang wanita yang memperhatikanku. Kedekatanku denganya membuatku merasa nyaman. Pelan tapi pasti, tanpa disadari ternyata kami mulai memiliki perasaan selayaknya rasa cinta terhadap lawan jenis. Hubungan ini terus berlanjut sampai masa tahananku selesai dan aku dibebaskan.
Bebas dari tahanan ternyata tidak juga menjadi kesempatan baik buatku untuk memulihkan hidupku dari jerat dosa. Saat itu aku tinggal dengan teman lamaku yang tergabung dalam sebuah tim band wanita. Di sinilah hidupku semakin tenggelam dalam kubangan lumpur dosa. Narkotika dan minuman keras selalu menjadi santapanku hampir setiap harinya, bahkan aku sering menyakiti diriku sendiri dengan mengiris-iris tangan dan perutku dengan pisau. Semakin dalam lukanya, aku sepertinya merasakan kenikmatan yang memuaskan hatiku. Tanpa disadari, pengalaman-pengalaman ini justru mendorongku untuk segera mengakhiri hidup.
Perasaan mencintai sesama jenis terus merasuki hidupku. Tahun 1993 aku berkenalan dengan Marsa dan kami menjalin hubungan layaknya pasangan suami istri. Lima tahun kemudian, aku meninggalkannya untuk merantau ke Batam. Akibat rantai dosa yang semakin kuat menjerat hidupku, aku pun mendapatkan pasangan baru, seorang wanita yang berusia 10 tahun lebih muda dariku.
Suatu hari aku dan beberapa teman pergi ke Pub "Nagoya". Pengaruh minuman keras membuatku lupa diri. Ternyata teman-temanku telah meninggalkanku sendirian dengan tagihan yang besar yang tidak bisa kubayar. Malam itu 3 orang bodyguard yang berbadan besar dan kekar, menghajarku tanpa ampun sampai babak-belur dan tidak sadarkan diri lagi di luar area pub tadi. Keesokan harinya, sekitar pukul 5 pagi, aku terbangun dengan rasa sakit yang menjalar disekujur tubuh. Bagian kepalaku retak dan terus mengalirkan darah. Tiba-tiba aku teringat dengan Sari, teman baikku sewaktu pertamaku berada di Batam. "Mungkin dia bisa membantuku.." pikirku. Saat itu aku teringat kepada Tuhan. Tuhan Yesus, kumohon tolonglah aku.." seruku dalam hati.
Aku adalah wanita sempurna di dalam Kristus
Akhirnya aku dirawat di RS Harapan Bunda. Setelah menjalani perawatan intensif selama 5 hari, kondisiku membaik dan aku diijinkan pulang. Setelah keluar dari rumah sakit, Sari mengajakku ke Jakarta untuk bertemu dengan ibu Linneke. Ia melayaniku dengan penuh ketulusan, tidak seperti perhatian yang ditunjukkan temen-temanku sebelumnya yang akhirnya menyeretku dalam jerat dosa lesbian. Melalui ibu Linneke, aku diperkenalkan kepada Kristus melalui seluruh perbuatannya yang mencerminkan kasih Kristus. Hubungan kami seperti keluarga yang penuh kasih dan damai sejahtera. Bahkan, 3 keponakannya juga turut ambil bagian membantuku dalam proses pemulihan iman dan kejiwaanku. Mereka tidak pernah lelah mengajakku pergi ke gereja. Hingga aku pun mulai berani berdoa, "Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah menyelamatkan hidupku. Terima kasih karena Engkau telah mengampuniku dari seluruh dosa-dosa yang pernah kubuat.."
Sejak saat itu, aku menjadi sangat yakin bahwa Tuhan Yesus telah mematahkan segala ikatan dosa yang akan membawaku kepada kebinasaan kekal. Keberanian dan pemulihan iman yang terjadi dalam hidupku membuatku semakin taat dan konsisten untuk berdoa, membaca firman Tuhan dan aku terus mengikuti persekutuan-persekutuan ibadah yang benar-benar menjamah hatiku dan menguatkan keyakinanku di dalam Kristus sehingga akhirknya aku berserah total kepada Tuhan serta menyatakan kesediaan untuk dibaptis. Maret 2003, ketika aku dibaptis, aku merasa ada suatu roh yang keluar dari tubuhku. Saat itu aku menangis karena aku sangat yakin bahwa aku sudah dibebaskan dari kutuk dosa lesbianku dan kasih Kristus yang luar biasa kini ada di dalam hidupku. "Aku telah menjadi wanita sempurna di dalam Yesus Kristus." Ucapku.
Sekarang aku adalah seorang hamba Tuhan yang melayani sebagai pendoa bagi orang-orang yang terbaring lemah di rumah sakit. Tuhan selalu menyertai setiap pelayananku. Mukjizat-mukjizatNya yang luar biasa terus terjadi melalui pelayanan ini. Bonus yang mulia dari Tuhan ialah melalui kehidupanku sekarang ini, Marsa akhirnya bertobat dan terlepas dari jerat dosa lesbian. Ia menjadi wanita yang sempurna di dalam Tuhan Yesus Kristus, bahkan kini ia juga menjadi seorang pelayanan Tuhan.

DILEPASKAN DARI NARKOBA, BESTIALITAS (Hubungan seksual antara manusia dan hewan), DAN ONANI - Kesaksian Steven Imanuel Bawole
Ayah Steven adalah seorang yang keras dan kasar kepada anaknya. Apapun yang Steven lakukan, kalau ia berbuat salah, ayahnya tidak akan segan-segan untuk memukulnya. Hal itu menimbulkan dendam yang sangat dalam di hati Steven. Steven benar-benar benci kepada ayahnya. Hati Steven pedih dan penuh dengan luka akibat perbuatan ayahnya. Bagi Steven, narkoba adalah jawaban atas segala kebencian dan kepedihan terhadap ayahnya. Karena keinginan hatinya untuk menyenangkan dirinya begitu besar, Steven pun mulai terikat dengan narkoba. Sang ibu, Henny, sempat menemukan obat-obatan miliknya. Henny tidak pernah mengetahui bentuk narkoba itu seperti apa. Barang haram itu pun hanya disangka vitamin oleh Henny.
Narkoba yang dipikirnya bisa memberikan kesenangan dalam hidupnya, malah membuat Steven menuju ke ambang kehancuran. Saat memakai narkoba Steven memang merasa hatinya tenang dan dirinya adalah seorang yang lebih hebat daripada yang lain. Sewaktu masih bersekolah di STM, Steven adalah siswa yang suka tawuran. Dia adalah kepala geng bagi anak-anak di sekolahnya.
Pada suatu ketika, anjing piaraan Steven hamil. Steven ketakutan setengah mati, dia takut kalau anak anjing itu adalah hasil hubungannya dengan anjing piaraannya. Dalam kepanikannya, Steven menendang dan memukul anjingnya sampai mati. Hidup Steven telah hancur gara-gara narkoba. Bagi sang ibu, hanya doa yang bisa dilakukan untuk kesembuhan anak tercintanya. Henny senantiasa berdoa dan bergumul khusus untuk Steven.
Dalam sebuah ibadah, Steven menemani Henny, sang ibu yang tengah berbicara di tengah orang banyak. Saat itu Henny menjadi pembicara sedangkan Steven menjadi pemain gitarnya. Steven tidak menyangka bahwa ibunya akan mengucapkan kata-kata yang sangat menusuk hatinya. Dengan jelas Steven mengingat setiap perkataan ibunya, "Saya berdoa untuk anak saya. Saya bersyukur, doa saya dijawab Tuhan. Saat ini anak saya, Steven, sudah bisa melayani Tuhan."
"Tuhan terima kasih, ada orang tua yang berdoa meskipun sudah saya kibulin, namanya tercemar karena saya, dan mami bilang anak saya seorang pecandu. Saat itu mami buka semua aib saya. Tapi mami tidak malu. Dia tetap menghargai saya sebagai anaknya," ucap Steven mengungkapkan kekagumannya akan sosok Henny, ibunya. Steven akhirnya terlepas dari narkoba dan dari semua kebiasaan buruk yang telah membelenggu hidupnya. Bahkan hubungannya dengan sang ayah pun telah dipulihkan. Ayah Steven mulai dipulihkan saat ia menyaksikan sendiri bagaimana Steven masuk di dalam pelayanan.
"Saya berterima kasih sama Tuhan. Karena kalau Steven tidak berubah, mungkin kita tidak bisa mengubah hidup orang lain. Saya juga terjun di pelayanan sebenarnya karena diajak Steven," kisah Efraim, adik Steven. "Tidak ada orang yang mengatakan sedemikian luar biasa kepada saya selain Yesus ketika Dia mengatakan, ‘Steven, Aku cinta kamu.' Itu sudah cukup bagi saya. Saya tahu bawa Dia mencintai saya," ujar Steven penuh haru sambil menutup kesaksiannya. (Kisah ini sudah ditayangkan 17 Desember 2007 dalam acara Solusi di SCTV). Sumber Kesaksian :Steven Imanuel Bawole![]() | |
Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini : | |
Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin! | |
|
Jumat, 01 Agustus 2008

Freedom

I am suppose to speak to a group of women at my church in a few weeks. Not knowing exactly what to speak about, I have been in prayer. But, I saw an email that went out to the women leaders of this group that said I would be speaking on being peculiar and doing a inner healing on the entire group of listeners.
So, there you have it. Prayer answered.
I started thinking, how do these two things relate. I sat down and started writing and realized the connection is great.
Most of the Christian people are not peculiar. They appear to be like everyone else. It is very hard, in a crowd, to pick out the Christian from anyone else. Why?
So, here is the focus of my speech. We are not peculiar because we have unresolved issues that lie inside of us that hold us back. These issues have to do with perception. This perception includes how we see our selves and worry about how others will see us.
Fear of man and fear of self. We fear of making a fool of ourselves. Finding the issues inside of ourselves that creates this fear will have to be the next step.
What kind of issues are there that create such fear? To name a few:
I was told to not make a fool out of myself.
As a child, I was hurt, emotionally, every time I tried to express myself.
Told, "what will the neighbors think" when I look different.
Came to believe all the above.
All these words and deeds not only keep us from being peculiar, they also, keep us from pure worship. We stifle the desire to fall to our knees, bow before the Lord or dance with the joy of the Lord.
We are called peculiar seven time in the Bible.
Exodus 19:5
Now therefore, if ye will obey my voice indeed, and keep my covenant, then ye shall be a peculiar treasure unto me above all people: for all the earth is mine:
Deuteronomy 14:2
For thou art an holy people unto the LORD thy God, and the LORD hath chosen thee to be a peculiar people unto himself, above all the nations that are upon the earth.
Deuteronomy 26:18
And the LORD hath avouched thee this day to be his peculiar people, as he hath promised thee, and that thou shouldest keep all his commandments;
Psalm 135:4
For the LORD hath chosen Jacob unto himself, and Israel for his peculiar treasure.
Ecclesiastes 2:8
I gathered me also silver and gold, and the peculiar treasure of kings and of the provinces: I gat me men singers and women singers, and the delights of the sons of men, as musical instruments, and that of all sorts.
Titus 2:14
Who gave himself for us, that he might redeem us from all iniquity, and purify unto himself a peculiar people, zealous of good works.
1 Peter 2:9
But ye are a chosen generation, a royal priesthood, an holy nation, a peculiar people; that ye should shew forth the praises of him who hath called you out of darkness into his marvellous light
Even though God calls us peculiar we ignore that call. We concentrate on other things that God has called us and leave this one alone. We, has Christians, need to find a place of freedom inside of ourselves, that brings freedom to be a peculiar people.
Rabu, 30 Juli 2008
Claim You Winnings
Life is full of winning and losing. It would seem that every aspect of our lives is about one or the other. I suppose I have always seen life as a game because, I have always said "I am not as survivor, I am a victor".
The word survivor has always, seemed to me, to have a negative connotation. It is good to survive....don't get me wrong. But, it is wrong to always see ones self as a survivor instead of changing that thinking, eventually too, I live in victory. If I am continually surviving, I have not conquered my ordeal.
Salvation is a gift from God. Not one to believe, once saved always saved, I see keeping my salvation as being a winner.
Someone whispered to me the other day, in their moment of torment, that they were going to lose their salvation. Life is never simple, but we must pick sides. To either be on the winning side or the losing side. Black or white, right or wrong, truth or the lie.
I have a brother, whom once was on the winning side. He praised God. Was born again and now walks around losing the game. He has chose to change sides. He sees my side as losing.
It is, at times, harder to be on the winning side. Victory never comes easy. One must keep the mentality of striving. You can see this thinking in any game. In baseball for example. The side that is winning has an attitude of security. But, the challenger keeps up the pressure and one false move on the part of the winning team and all can be lose. So, the pressure is always on.
Staying on the winning side of life, brings challenges. The losing side is always after the winning side. The winners must stay alert and cautious. Salvation is not to be toyed with. Satan and the world views are always waiting for a mis-step so they can have the victory. Like baseball, there is a winner and a loser. Like war, which is what we are in, there is a victor and a loser. What is your mentality? Are you a victor? Or do you survive?
Living in victory bring joy and a assurity of the outcome of the game. A victor knows that they will win where a survivor has no such assurance. As Christians we should know that victory is ours and that each battle we fight is ours. It is already won. But, if I am in survival mode, then I am lazy in my thinking, tired and stuck. Walk out of survival and claim victory over life and the games that tear you down. Life is to short to just survive. Find the attitude of victory and claim you winnings.
Senin, 28 Juli 2008

Fall from Grace

Sometimes it feels as if you can only watch as Satan grabs and destroys. He sneaks up on people and steals their joy, love and their very life. His tactics are subtle at times and we can be in the arms of his evil before it is recognized and then we have to start to fight our way back to the security of God.
Why do good people, people who love God and worship Him with their lives, succumb to his evil plans? Are we not alert enough? Are we not truly following the plans that God has for us? Where does it all go wrong?
The temptations of the world, I suppose, can come upon us and we lose our grip on God. But, that seems such an easy answer. You could say, that people who fall into sin were truly never saved. But, that would be a way of alleviating the chance of my own fall from grace. We have all heard the excuses and causes of believers falling from grace, but, right now, for me, it is all just that, an excuse. Where in lies the truth? Why do God's beloved children turn from His very presence and instead choose to do evil?
It seems to me, to be such a foreign thing, turning from God. To deliberately create a situation in my life where I fall into the arms of hell. But, I have learned this weekend, that thinking that one could never choose evil over God, after knowing Him in an intimate way, is an unsafe way of thinking. I have seen the righteous fall from grace and I find it all to much of a slippery slope.
How easy it can be to move closer to Satan and further from God? Pretty easy. It does not even take much thinking. Suddenly, their you are following the one who destroys life and leaving the one who gives life. Does not matter the years of knowing God, nor the depth nor intensity of that relationship disaster can come. As day turns to night, the light of God begins to fade. The call into a life of darkness begins to control our every thought and soon the voice of God fades into the darkness of that long cold night.
I struggle with the whys in life. I see the righteous fall into the darkness and I weep, I wail, I feel the pain of God and I scream, I intercede, I fall on my face. My tears dry up and I feel lost. Not understanding how a life so abundant in the Lord can suddenly be controlled by the dark. Are we really so vulnerable to the evil of this world? Can all our lives be, in the twinkling of an eye, swallowed up by the schemes of Satan?
But, why? Where is our strength? Why do we walk away from our refuge? What is it in us that would choose to leave glory and walk into doom? I break inside whenever I think of our vulnerability. Do not delude yourself and think "I could never walk into darkness". The dark is only one thought away.
Minggu, 27 Juli 2008

RAHASIA bagian - bagian dari MANUSIA (Roh, Jiwa, dan Tubuh)
Seringkali kita mengatakan “tubuh, jiwa, dan roh”, padahal cara pengucapan Rasul Paulus berbeda, Paulus mengatakan “roh, jiwa, dan tubuh” (I Tes 5:23), karena memang bagian yang terpenting dari manusia pertama-tama adalah rohnya, baru kemudian jiwa, dan sesudah itu tubuh.
Marilah kita belajar membiasakan untuk mengucapkan: roh, jiwa, dan tubuh; karena dengan demikian akan menimbulkan kesadaran dalam hati kita bahwa kehidupan rohani manusia itulah yang paling diperhatikan oleh Tuhan.
1. ROH, di dalam roh manusia terdapat ruang-ruang:
1. Suara Hati – kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk.
2. Intuisi – kemampuan untuk merasakan / melihat kehadiran mahkluk roh.
3. Penyembahan – kemampuan untuk menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.
2. JIWA, terdapat dari 6 ruang:
1. Pikiran
2. Kehendak
3. Emosi
(nomor 4,5,6 yang mengaitkan tubuh dan roh)
4. Alam Sadar
5. Alam Bawah Sadar
6. Alam Tidak Sadar
3. TUBUH, terdapat organ-organ tubuh yang penting:
· Otak, Jantung, Kelamin, dll.

SAYA MELIHAT YESUS (Rev. Kenneth Hagin)

TAKHTA ALLAH (Penglihatan Rev. Kenneth Hagin)

Bahasa roh - Memberikan Kesegaran Rohani
Apakah yang dimaksud dengan perhentian dan peristirahatan yang bisa membawa kesegaran? Jawab: Berbicara dalam bahasa roh.
Kadang-kadang dokter menganjurkan kepada kita untuk melakukan istirahat demi kesembuhan tubuh kita, tetapi saya mengetahui satu perhentian yang lebih baik lagi. Seringkali ketika Anda pergi berlibur, Anda harus pulang dahulu ke rumah untuk beristirahat sebelum kembali ke tempat kerja.
Akan tetapi, bukankah sesuatu hal yang indah dan menyegarkan bila kita bisa memanfaatkan “perhentian” yang ajaib ini dalam kehidupan kita sehari-hari?
“Inilah perhentian..., inilah kesegaran yang sejati.” Kita memerlukan kesegaran rohani dalam dunia yang penuh kekalutan, membingungkan, dan mencemaskan.
Jumat, 25 Juli 2008

"Your Name is Holy"

Last night in my community group, we sang the song "Your Holy Name".
You are the sovereign "I Am"
Your name is Holy
You are the pure spotless Lamb
Your name is Holy
You are the Almighty One
Your name is Holy
Your are the Christ, God's own son
Your name is Holy
In Your name there is mercy for sin
There is safety within, in Your Holy name
In your name there is strength to remain
To stand in spite of pain
in Your Holy name
I was so very moved by this song. It felt like an answer to my thoughts on yesterday's post. In the post I had told of lying to bring peace to a situation and how this lie had haunted me since. This song says 'There is mercy from sin'. This, of course, is something that I already knew, but hearing it last night brought relief and love to my heart.
God is good. All the time.
Kamis, 24 Juli 2008

Peacemaker

Matthew 5:9
Blessed are the peacemakers, for they will be called sons of God.
I was called a peacemaker once, but does being a peacemaker include lying to accomplish the peace?
I was in a meeting, it was more of a confrontation over a woman's behavior in the church. I sat there with the woman, the Pastor and his wife.
I do not remember what I said, but it set off a bomb. I, in my stupidity, did not think it a big thing, but it turned out to be huge. I was repeating something that the Pastor's wife had said to me.
She denied that she had said this to me. I was taken off guard. She was lying and I was at a loss. The meeting got weird then. She went into a rage and the Pastor did not try to control the room. I watched her freak out and wondered at what I was suppose to do.
This went on for quite a while. She gave a defensive speech and we listened. Then she asked me if I still stood by what I said. I said "yes". And off she went again.
Still, I did not know how to calm the situation. I felt like I had to tell the truth, but this problem was not going to resolve itself and no one else in the room was trying to step in.
My thoughts went to, "you are going to have to swallow this one". But, how? If I lie, I am in sin. If I keep telling the truth, this woman is going to have a heart attack.
So, I made a decision and while asking forgiveness in my head, I said out loud, "I'm sorry. I must be mistaken. Will you forgive me."
Everything stopped with those lying words. She forgave me, knowing she had done the deed, and calmed down. The confrontation moved over to the other woman.
I felt terrible and a bit confused. I lost a lot of respect for the Pastor's wife, the Pastor, and felt I had disrespected God. I deliberately sinned.
I was told later that this was being a peacemaker. I am sure that most peacemaking experiences do not include a lie. But, I saw no other way out. So, I confess publicly that I have sinned and have come short of the glory of God. For this I am sorry and have asked forgiveness from God.
I have felt pain over this ever since. It comes up in my mind every now and then and again I repent. Perhaps it is Satan who brings it up in my mind, but my shame remains. I know that my Father has forgiven me. But, my sadness over my lack of ability to resolve this problem without a lie, continues to take a toll on me and bring me to my knees.
Rabu, 23 Juli 2008

Bahasa roh - Membangun Rohani
(I Kor 14:4 – Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri,…)
Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus menganjurkan mereka untuk terus menerus mempraktekkan bahasa roh dalam penyembahan mereka kepada Allah dan dalam kehidupan doa mereka sebagai alat untuk membangun kehidupan rohani diri sendiri.
(I Kor 14:2 - Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia)
Terjemahan Moffat mengatakan, bahwa ia berbicara tentang “rahasia ilahi”. Di sini Paulus mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan kepada gerejaNya suatu alat komunikasi ilahi dan bersifat ilahi untuk dapat berbicara dengan Allah.
Dalam I Kor 14:14 (Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa) Perhatikanlah bahwa ia berkata: …rohkulah yang berdoa. Dalam terjemahan Amplified Bible dikatakan: ..rohku (melalui Roh Kudus di dalamku) berdoa.
Tuhan itu bersifat Roh. Ketika kita berbicara dalam bahasa roh, roh kita berhubungan langsung dengan Tuhan, yang juga adalah Roh. Kita berbicara dengan Dia melalui sarana ilahi yang sifatnya ilahi.
Howard Carter yang pernah menjadi ketua umum dari Sidang Jemaat Allah di Inggris selama 16 tahun dan pendiri Sekolah Alkitab Pentakosta di dunia, mengatakan kita tidak boleh lupa bahwa berbicara dalam bahasa roh bukan hanya pertanda awal dari kepenuhan Roh Kudus melainkan juga merupakan bukti pengalaman yang berkesinambungan sepanjang umur hidup seseorang. Untuk maksud apa? Untuk membantu kita dalam penyembahan kita terhadap Tuhan. Berbicara dalam bahasa roh merupakan arus kehidupan yang tidak boleh kering, karena akan memperkaya kehidupan rohani kita.